Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Google Map Jangkau Pengguna Transjakarta

Kompas.com - 22/07/2016, 15:52 WIB

Aplikasi Google Map saat ini digunakan oleh setidaknya satu miliar orang di dunia setiap bulan. Artinya, setidaknya 13,5 persen dari populasi dunia sekarang mengandalkan peta digital itu untuk bepergian.

Di Jakarta, peta saku ini menambah satu layanan baru yang makin ramah pengguna transportasi umum.

Layanan hasil kerja sama Google Map dan PT Transjakarta itu menampilkan informasi terpadu mengenai bus transjakarta koridor 1-12, lengkap dengan rute, halte yang dilewati, dan perhentian.

Namun, informasi yang paling penting dan kemungkinan paling diharapkan pengguna adalah waktu kedatangan bus secara real time. Dengan demikian, setiap keterlambatan kedatangan akan diinformasikan langsung ke telepon pintar.

Direktur Google Map Suren Ruhela yang datang langsung ke Jakarta, Kamis (21/7), mengatakan, layanan baru itu merupakan yang pertama bagi Google Map di Asia Tenggara. "Selain di Jakarta, layanan ini juga ada di beberapa kota besar lain, salah satunya di Sao Paulo, Brasil," ujarnya.

Untuk menggunakannya, pengguna telepon cerdas dapat membuka fitur Transit yang diwakili ikon kereta setelah memasukkan lokasi tujuan. Ikon logo Transjakarta akan menampilkan seluruh informasi hingga informasi terbaru jika ada penundaan kedatangan.

Keandalan fitur Transit ini di kota-kota lain, seperti diceritakan Suren, cukup mengagumkan. Akurasi waktu kedatangan, misalnya, ia sebutkan rata-rata hanya berbeda tak lebih dari satu menit dari waktu sesungguhnya.

Namun, seluruh keandalan sistem ini sangat tergantung dari data yang dipasok PT Transjakarta sebagai partner. Data bus itu diperoleh dari masukan peranti pelacak posisi (GPS) yang dipasang di bus-bus transjakarta.

Selanjutnya, dengan algoritma yang cukup kompleks, Google Map akan menghitung prediksi waktu kedatangan bus yang juga mempertimbangkan kondisi kemacetan Jakarta dan keterlambatan bus.

Pengguna tidak saja memperoleh informasi bus dan koridor atau halte yang bisa dipilih, tetapi juga merencanakan waktu sesuai kedatangan bus.

"Daripada menunggu di halte, waktu yang ada bisa digunakan untuk hal-hal lain dulu," katanya.

Direktur PT Transjakarta Budi Kaliwono menyebutkan, kerja sama dengan Google Map dilakukan sejak setahun lalu. Layanan terbaru ini, lanjutnya, diharap semakin mempermudah masyarakat melakukan perjalanan dengan bus transjakarta.

"Selama ini, banyak sekali keluhan kurangnya informasi, waktu kedatangan, sampai rute mau ke mana saja. Semoga ini bisa menjawab semua keluhan itu," ucapnya.

Evolusi bepergian

Saat dirancang oleh Lars dan Jens Rasmussen Eilstrup pada 2004 dan diluncurkan oleh Google pada 2005, aplikasi ini "hanya" berupa peta yang menampilkan data statis. Kini, aplikasi pemandu semacam terus berevolusi menjadi aplikasi yang begitu kaya informasi tentang sistem transportasi.

Hanya dalam 11 tahun sejak kemunculannya, aplikasi peta ini sudah menjadi salah satu kebutuhan mendasar masyarakat.

Berbagai aplikasi pemandu digital semacam pun telah begitu banyak berkembang. Aplikasi-aplikasi ini pada akhirnya membentuk perilaku masyarakat dalam bepergian dan memilih moda transportasi.

(IRENE SARWINDANINGRUM)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juli 2016, di halaman 27 dengan judul "Google Map Jangkau Pengguna Transjakarta".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com