Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagi Ini Permukiman Rawajati, Jakarta Selatan, Ditertibkan

Kompas.com - 01/09/2016, 06:31 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman warga di RT 09, RW 04, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, akan ditertibkan pemerintah Kamis (1/9/2016) pagi ini. Puluhan rumah di pinggiran bantaran rel kereta api itu akan ditertibkan karena berada di jalur hijau.

Sampai Rabu kemarin, warga Rawajati masih menggelar aksi unjuk rasa terkait rencana gusuran itu dengan berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. 

Ada sekitar 60 kepala keluarga (KK) yang tinggal di pinggiran rel kereta itu. Kawasan jalur hijau di Jalan Rawajati Barat III juga dimanfaatkan sebagai tempat berdagang.

Pemerintah juga menganggap kawasan itu menjadi penyebab kemacetan dan menjadi lokasi parkir liar. Camat Pancoran, Hery Gunara mengatakan, penggusuran dilakukan kerena permukiman warga berada di jalur hijau.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Penertiban kawasan permukiman di Jalan Rawajati Barat III, RT 09 RW 04, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2016). Kerusuhan antara Satpol PP dan warga sempat terjadi saat penertiban tersebut berlangsung.
"Yang pertama itu kan bangunan liar, dan memang berada di jalur hijau," kata Hery saat dihubungi, Rabu.

Warga dinyatakan tidak punya surat kepemilikan tanah atas lahan tersebut walau ada warga mengklaim punya surat verponding.

Menurut Hery, kalau warga punya surat bisa menunjukannya di pengadilan.

Ratusan petugas Satpol PP, Polisi, dan TNI akan diturunkan untuk melakukan penertiban. Alat berat juga disiapkan.

Pemerintah tidak akan memberikan ganti rugi. Kompensasinya hanya berupa relokasi ke Rusun Marunda di Jakarta Utara. Namun sebagian besar warga menolak.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Penertiban kawasan permukiman di Jalan Rawajati Barat III, RT 09 RW 04, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2016). Kerusuhan antara Satpol PP dan warga sempat terjadi saat penertiban tersebut berlangsung.
Rusun Jauh

Sejumlah warga menyatakan, mereka tidak menolak relokasi asalkan lokasi rusun yang disediakan dekat, tidak di Marunda yang dinilai sangat jauh.

"Di spanduk kami juga jelas, warga bukan menolak di relokasi, tetapi tidak ke Marunda," kata  Wulan (37). Wulan mau direlokasi asalkan rusun masih ada di kawasan Jakarta Selatan.

Hal yang sama diungkapkan Yadi (42) warga RT 09 RW 04, Rawajati. Dia juga tidak menunggu ganti rugi. Menurut Yadi, langkah pemerintah sekarang yang tidak bijak. Sosialisasi tidak dilakukan, hanya mengandalkan surat peringatan.

"Enggak bijak, terlalu mendadak enggak ada sosialisasi. Harusnya nego dulu warga, cari jalan keluar gimana," kata Yadi.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Warga dibantu petugas Satpol PP menyelamatkan barang saat penertiban permukiman di Jalan Rawajati Barat III, RT 09 RW 04, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (1/9/2016). Kerusuhan antara Satpol PP dan warga sempat terjadi saat penertiban tersebut berlangsung.
Mereka juga tidak terima disebut manja oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ahok diminta untuk memperhitungkan masalah jarak kalau mereka di relokasi ke Rusun Marunda.

Namun, pemerintah bergeming. Rencana eksekusi akan tetap dilakukan pagi ini. Lurah Rawajati, Rudi Budianto memastikan hal itu tadi malam.

"Besok jadi penertiban. Jam enam pagi. Tapi (yang melakukan) tingkatan Wali Kota, kami diundang saja," kata Rudi, Rabu malam.

Personel gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Selatan, dan Satpol PP akan diturunkan untuk mengawal jalannya penertiban.

Kompas TV Warga Rawajati Bertahan di Rumah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Megapolitan
Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Megapolitan
Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Megapolitan
Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Megapolitan
Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Megapolitan
Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com