Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Sunny, Pengembang Keberatan akan Tambahan Kontribusi, tetapi Tak Berani Bilang Ahok

Kompas.com - 05/09/2016, 20:02 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sunny Tanuwidjaja, staf Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, pengembang proyek reklamasi Teluk Jakarta pernah menyiratkan keberatannya akan tambahan kontribusi sebesar 15 persen.

Pernyataan Sunny ini berbeda dengan apa yang disampaikan Basuki atau Ahok.

Menurut Ahok, pengembang menyetujui tambahan kontribusi yang ingin dibebankan Pemprov DKI kepada mereka.

(Baca juga: Ahok Nilai Sunny Tidak Akan Berani Ganggu Kebijakannya karena Pernah Dimarahi)

Sementara itu, Sunny mengatakan, selama ini pengembang sudah melakukan investasi dan sudah memperhitungkan besar kewajiban dan kontribusi 5 persen yang harus mereka keluarkan.

Perhitungan itu tentunya tanpa memasukkan tambahan kontribusi sebagai hal yang juga dibebankan kepada mereka.

"Ketika Pak Ahok jadi gubernur dan ada niatan menambah lewat kontribusi tambahan, dari sisi mereka itu cukup menyulitkan. Kedua, mereka menyatakan meskipun tidak eksplisit, tambahan ini berat," ujar Sunny saat bersaksi dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Senin (5/9/2016).

Sunny menjadi saksi kasus dugaan suap raperda reklamasi dengan terdakwa Mohamad Sanusi.

Sunny mengatakan, meskipun ada keberatan dari pihak pengembang, hal itu bukan berarti mereka menolak aturan kontribusi tambahan.

Menurut dia, pada dasarnya mereka menerima aturan tambahan kontribusi itu jika sudah menjadi keputusan Ahok.

"Tetapi kalau sudah menjadi keputusan, pasti dikuti. Jadi keberatan itu ada, tetapi tetap setuju dengan keputusan Gubernur," ujar Sunny.

Sementara itu, Ahok sebelumnya mengatakan, tidak ada pengembang yang menyatakan tidak setuju dengan tambahan kontribusi.

(Baca juga: Ahok: Di Depan Saya, Pengembang Tidak Ada yang Keberatan soal Tambahan Kontribusi Tuh)

Saat dikonfirmasi hakim mengenai jawaban Ahok ini, Sunny mengatakan, "Karena enggak ada yang berani bicara seperti itu dengan beliau (Ahok), Pak."

Menurut Sunny, pada akhirnya pengembang tetap setuju dengan kebijakan tambahan kontribusi. Meskipun demikian, persetujuan itu tidak dinyatakan secara eksplisit.

Sunny mengatakan, persetujuan itu terlihat dari tidak adanya pernyataan penolakan dan pengembang.

"Dan sebagian dari mereka sudah menyampaikan komitmen untuk membangun project tertentu," ujar Sunny.

Kompas TV Ahok Kaget Dengar Isi Percakapan Sunny dan Ariesman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com