Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Baru, Proyek Kanal Transportasi yang Gagal

Kompas.com - 26/09/2016, 17:25 WIB

Tahun 1753, Oosterslokkan diperpanjang sampai ke kanal timur di Weltevreden (Lapangan Banteng), bergabung dengan kanal prapatan lalu dikenal dengan nama Kali Baru.

Restu juga menyebutkan, selokan timur beberapa kali rusak dan membutuhkan biaya besar untuk perbaikan. Lalu tahun 1776, Van Imhoff mengusulkan untuk menggali sebuah kanal lagi dari aliran Kali Cisadane untuk dialirkan ke Kali Ciliwung. Kanal ini kemudian dikenal dengan Westerslokkan atau selokan barat, disebut Kali Baru Barat saat ini.

Kali Baru Barat menghubungkan Kali Cisadane dan Ciliwung dan berada di sebelah utara Bogor. Fungsi selokan barat juga untuk mengairi lahan sawah dan perkebunan di Cilebut, Citayam, Depok, Pondok Cina, Tanjung Barat, dan Pondok Labu. Kini, bagian yang terhubung dengan Kali Ciliwung sudah ditutup.

Hasil panen sawah yang dialiri Kali Baru Barat dan Timur sangat bagus. Di distrik Kebayoran, hasil sawah rata-rata 31 pikul per bahu (setara 0,7 hektar). Di Cilebut, Citayam, Depok, Pondok Cina, Tanjung Barat, dan Pondok Labu hasil padi per bahu antara 15 pikul dan 35 pikul. Sementara di daerah yang dialiri Kali Baru Timur di Cibinong, Tapos, Cilangkap, Cimanggis, Cilodong, Tanjung Timur, Kampung Makasar, Cililitan, Cawang, Kemayoran, Gedong Rubuh, dan Kelapa Gading, hasil padi berkisar antara 15 pikul dan 30 pikul per bahu.

Adolf Heuken SJ dalam Atlas Sejarah Jakarta (Yayasan Cipta Loka Caraka, 2014) juga memaparkan, selokan timur digali dari Katulampa sampai Meester (Jatinegara) dan mendapat pasokan air tambahan dari Kali Cikeas dan dialirkan hingga ke Kali Sunter. Sementara Westerslokkan atau Selokan Barat dialirkan dari Kali Cisadane, melewati Kali Cipakancilan, masuk ke selokan barat (Kali Baru Barat), Matraman (Kali Minangkabau), dan masuk ke Kanal Banjir Barat.

Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi.

Ragam nama

Meskipun Kali Baru Barat dan Kali Baru Timur adalah sungai buatan atau tidak alami, kedua saluran ini menjadi bagian dari 13 sungai yang mengalir melintasi Ibu Kota.

Warga yang bermukim di kanan kiri saluran di daerah perbatasan DKI Jakarta dan Kota Depok umumnya mengenal dan menyebut saluran ini sebagai Kali Baru Timur. Sampai daerah Cijantung, Cililitan, Cawang, bahkan Cipinang, warga di sekitar aliran masih menyebutnya Kali Baru Timur.

Akan tetapi, sampai di daerah Matraman atau Pramuka, warga menyebutnya dengan nama beragam. Warga di Kelurahan Senen, Jakarta Pusat, misalnya, ada yang menyebutnya Kali Paseban, Kali Bluntas, Kali Sentiong, atau Kali Murtado. Nama-nama itu mengacu pada nama kampung atau jalan di sekitar saluran. Warga pun tak banyak mengenal tentang sejarah dan fungsi kali tersebut.

Boni Mariyuna (39), warga Kelurahan Senen, Jakarta Pusat, misalnya, sama sekali tidak mengenal Kali Baru Timur. Ia menyebut aliran Kali Baru Timur itu sebagai Kali Sentiong. Di kawasan ini, aliran Kali Baru Timur memang akan bertemu dengan Kali Sentiong sebelum masuk ke Kali Sunter.

Warga lain pun tak familiar dengan sebutan Kali Baru Timur. "Ini kali apa, ya? Sentiong kalau enggak salah. Sudah ada sejak saya kecil," ujar Boy yang lahir di Kelurahan Senen itu.

Di sepanjang Pasar Rebo, Jakarta Timur, kondisi Kali Baru Timur masih asri dengan turap alami dan beronjong batu kali. Ada jalan inspeksi di sepanjang kali. Tebing kali juga banyak ditanami pohon-pohon hijau. Di sepanjang kali berjajar toko-toko, kios, bengkel, pasar, mal, dan rumah makan.

Sampai di Cililitan, aliran kali menyempit, bahkan mengalir di bawah salah satu pusat perbelanjaan di Cililitan. Aliran seolah terputus karena tersembunyi di bawah bangunan Pusat Grosir Cililitan. Di permukiman di belakang pusat perbelanjaan ini, kali "muncul" lagi, seolah bersumber dari tembok mal.

Selain di pusat perbelanjaan itu, aliran Kali Baru Timur tersembunyi di bawah simpang susun Cawang, Jakarta Timur. Lebar saluran menyempit selepas tempat penyaringan sampah di sisi selatan simpang Cawang, melalui kolong, dan keluar di sisi utara menuju daerah Cipinang, lalu ke Matraman, Salemba, Johar Baru, hingga ke Kemayoran. Di Kemayoran, Kali Baru Timur bertemu dengan Kali Sentiong, lalu mengalir ke utara dan bertemu dengan Kali Ancol sebelum lepas ke Laut Jawa.

Kali Baru Timur dan Barat boleh saja disebut sebagai bagian dari 13 sungai. Namun, sejarah mencatat bahwa saluran ini buatan. Banyak rekayasa dan campur tangan manusia dalam mengatur tata air dari hulu ke hilir.

(MUKHAMAD KURNIAWAN/SAIFUL RIJAL YUNUS)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 September 2016, di halaman 28 dengan judul "Proyek Kanal Transportasi yang Gagal".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Megapolitan
Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Megapolitan
Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Megapolitan
Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Megapolitan
Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

Megapolitan
Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Polisi Bongkar “Home Industry” Narkoba di Bogor

Megapolitan
Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Polisi Amankan Dua Pelaku Perundungan Siswi SMP di Citayam

Megapolitan
Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Dirundung karena Rebutan Cowok, Siswi SMP di Bogor Dijebak untuk Bertemu

Megapolitan
Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Dewan Pertimbangan Jagokan Ahmed Zaki Jadi Bacagub Jakarta dari Golkar

Megapolitan
Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Aksi Pejabat Kemenhub Injak Kitab Suci demi Buktikan Tak Selingkuh, Berujung Terjerat Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com