Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Pertemuan Anggota DPRD DKI dan Pengembang di Rumah Aguan Masih Misteri

Kompas.com - 27/09/2016, 08:23 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam persidangan kasus dugaan suap terkait penyusunan Raperda Reklamasi, salah satu pertanyaan yang selalu dilontarkan hakim dan jaksa kepada para saksi adalah mengenai pertemuan di kediaman Chairman Agung Sedayu, Sugianto Kusuma alias Aguan.

Berdasarkan fakta persidangan, pertemuan itu terjadi pada Desember 2015. Lima anggota DPRD DKI yaitu Ketua DPRD Prasetio Edi Marsudi, Ketua Balegda DPRD Mohamad Taufik, Ketua Fraksi Partai Hanura Mohamad Sangaji, Ketua Fraksi PKS Selamat Nurdin, dan anggota DPRD DKI Mohamad Sanusi ikut dalam pertemuan itu.

Kemudian diketahui bahwa mantan Presiden Direktur Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja juga hadir dalam pertemuan tersebut.

Menurut Prasetio, dirinyalah yang berinisiatif mengajak anggota DPRD DKI lain ke rumah Aguan saat itu. Prasetio mengajak Taufik dan Selamat Nurdin. Taufik mengajak serta adiknya, Sanusi. Lewat Selamat Nurdin, Prasetio mengajak Mohamad Sangaji.

"Saya spontan saja. Dari rumah mau diskusi dengan Pak Aguan. Saya telepon Selamat Nurdin, Taufik, yuk saya kenalin ke bos gua. Tapi waktu itu saya enggak pikiran akan kaya gini," kata Prasetio di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Rabu (14/9/2016).

Prasetio pernah menjadi karyawan Aguan. Karena itu ia memanggil Aguan dengan kata sebutan "bos". Prasetio mengatakan, pertemuan itu juga berlangsung singkat. Saat datang di rumah Aguan, Prasetio memperkenalkan Aguan kepada anggota DPRD DKI lainnya yang dia ajak.

Prasetio dan rombongannya kemudian menikmati jamuan pempek yang disediakan Aguan. Prasetio mengatakan, ketika itu rumah Aguan sedang ramai. Tidak banyak hal yang mereka bicarakan dengan Aguan.

Prasetio juga memastikan tidak ada pembahasan mengenai Raperda Reklamasi pada saat itu. Di sana, Prasetio melihat Sanusi berbincang dengan Ariesman. Namun dia tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan.

Kelima anggota Dewan itu sudah diperiksa sebagai saksi dalam persidangan Sanusi, yang kini jadi terdakwa kasus suap. Baik Taufik, Ongen (Mohamad Sangaji), dan Selamat Nurdin mengatakan tidak ada pembicaraan terkait reklamasi dalam pertemuan itu. Ketika Aguan menjadi saksi, dia juga membantah ada pembahasan itu.

Dua saksi cabut keterangan

Pertemuan di rumah Aguan dinilai menjadi kunci awal persengkokolan DPRD DKI dengan pengembang terkait masalah reklamasi. Namun, semua saksi menyangkal hal itu.

Ada dua orang saksi yang menyatakan ada kesepakatan antara anggota Dewan dan pengembang dalam pertemuan itu. Mereka adalah Direktur Utama PT Kapuk Naga Indah, Budi Nurwono dan Ariesman.

Dalam BAP Budi, pimpinan DPRD DKI Jakarta disebut meminta uang sebesar Rp 50 miliar kepada Aguan. Permintaan imbalan tersebut terkait percepatan rapat paripurna DPRD DKI untuk mengesahkan Rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta (RTRKSP).

"Sekitar tiga bulan lalu saya ikut pertemuan di PIK yang diikuti Sanusi. Untuk percepatan raperda ini, DPRD meminta agar menyiapkan Rp 50 miliar. Aguan menyanggupi untuk anggota DPRD, lalu Aguan bersalaman dengan semua yang hadir," ujar Jaksa saat membacakan BAP Budi Nirwono.

Budi sendiri sudah tiga kali dipanggil dalam persidangan. Namun, dia tidak datang karena sakit dan dalam pengobatan di rumah sakit di Singapura.

Halaman:


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com