Saat terjadi konflik antara warga dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta terkait kawasan Luar Batang, Yusril juga tampil di depan.
Kesan pengacara yang hitung-hitungan dan mematok tarif mahal tidak ditemukan.
Yusril merasa iba lantaran didatangi warga Luar Batang yang membutuhkan bantuan hukum. Yusril mengaku tetap akan membela warga yang datang meskipun tidak ada pilkada. Kemuliaan etika profesi sebagai pengacara dinyatakan.
Pada posisi ini, popularitas Yusril sebagai penantang Ahok meningkat. Peningkatan ini dibarengi dengan tingginya elektabilitas Yusril dibandingkan dengan para penantang Ahok seperti Sandiaga Uno berdasarkan survei yang dilakukan Charta Politika.
(Baca: Ini Hasil Survei "Head to Head" Ahok dengan Yusril)
Mengetahui apa yang dilakukannya berdaya guna, upaya gigih Yusril untuk melucuti elektabilitas petahana tidak surut. Perlawanan dilakukan di semua arena yang memungkinkan.
Awal Agustus 2016, saat Ahok mengajukan uji materi (judicial review) perihal cuti kampanye di Pasal 70 ayat 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada ke Mahkamah Konstitusi (MK), Yusril mengajukan diri sebagai pihak terkait.
Seperti Ahok yang potensial menjadi cagub, Yusril mengajukan diri sebagai pihak terkait lantaran potensial juga menjadi cagub. Harapannya masih menyala-nyala berdasar pada komunikasi politiknya dengan para petinggi partai politik yang memberi janji.
Namun, setelah dipotong di tikungan saat dini hari, Yusril mundur sebagai pihak terkait di MK.
Karena tidak menjadi cagub, Yusril sadar tidak lagi memiliki legal standing untuk maju sebagai pihak terkait atas uji materi yang diajukan Ahok.
Agar tidak kecewa
Yusril pasti kecewa dengan keputusan para petinggi partai politik yang semula menumbuhkan harapan di dadanya. Ungkapan kekecewaan itu mengemuka setelah pengumuman di Cikeas dan tidak ada disebut namanya.
Jangan mudah memercayai orang. Pelajaran ini digenggam erat-erat oleh Yusril sebagai ganti harapan yang menguap dan memunculkan kecewa saat melihat realita.
Tanpa Yusril, Jakarta kini memiliki tiga pasang calon yaitu Ahok-Djarot, Agus-Sylvi, dan Anies-Sandi. Pasangan terakhir dicalonkan Partai Gerindra dan PKS. Mirip Agus, Anies muncul tiba-tiba di tikungan juga.
Meskipun tanpa Yusril, pelajaran yang dipetiknya setelah delapan bulan gigih berupaya bisa jadi landasan juga untuk warga Jakarta pemilik hak suara.
Jangan mudah memercayai orang juga para kandidat yang hendak memperebutkan Jakarta dengan buaian kata-kata semata. Cek kata-kata atau janji-janji mereka dalam realita agar kelak tidak terlalu kecewa.
Pengalaman Yusril adalah pelajaran amat berharga, juga buat warga Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.