Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Survei LSI jika Ahok-Djarot "Head to Head" dengan Salah Satu Pasangan Pesaingnya

Kompas.com - 07/10/2016, 20:39 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia menggambarkan bahwa pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat akan kalah apabila pemilihan kepala daerah dilakukan pada hari responden disurvei.

Basuki-Djarot disebut akan kalah apabila dihadapkan dengan satu pasang calon (head to head), yakni dengan Anies Baswedan-Sandiaga Uno atau Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.

"Ada empat alasan mengapa pasangan Ahok (sapaan Basuki)-Djarot kalah jika head to head, yaitu soal perpindahan dukungan, pemilih muslim, pemilih bukan etnis tertentu, dan sentimen anti-Ahok," kata peneliti LSI, Ardian Sopa, saat merilis hasil survei LSI bertajuk "Isu Agama Kalahkan Ahok?" yang dirilis di kantor LSI, Jumat (7/10/2016) sore.

Menurut dia, survei ini dilakukan pada periode 28 September sampai 2 Oktober 2016, dengan total 440 warga DKI Jakarta yang menjadi responden.

(Baca juga: Survei: 15,2 Pemilih Belum Tentukan Pilihan pada Pilkada DKI 2017)

Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka dan menggunakan metode multistage random sampling.

Margin of error dalam survei ini plus minus 4,8 persen, dengan sumber dana dari kas internal LSI.

Survei ini juga dilengkapi dengan riset kualitatif yang mencakup focus group discussion, media analisis, dan depth interview.

Lebih jauh, Ardian memaparkan kondisi yang menurutnya menjadi penyebab kekalahan Ahok-Djarot. Salah satunya adalah perpindahan dukungan.

Ia mengatakan bahwa dalam kondisi Basuki-Djarot melawan Anies-Sandiaga, 64,3 persen pendukung Agus-Sylviana akan mengalihkan dukungannya ke Anies-Sandiaga, ketimbang ke pasangan Basuki-Djarot yang hanya dapat dukungan 14,3 persen responden pendukung Agus-Sylviana.

Sebaliknya, jika Basuki-Djarot melawan Agus-Sylviana, kata dia, 59,1 persen pendukung Anies-Sandiaga akan memilih Agus-Sylviana.

Sementara itu, pendukung Anies-Sandiaga yang akan pilih Basuki-Djarot hanya 8,6 persen.

"Hal tersebut dikarenakan profil pemilih Anies-Sandiaga sama dengan pemilih atau pendukung Agus-Sylviana, yaitu seorang muslim, bukan etnis tertentu, usia muda, pendidikan menengah ke atas, dan pemilih partai pendukung dua pasangan tersebut, plus Partai Golkar," tutur Ardian.

Kondisi lainnya, menurut Ardian, adalah membesarnya sentimen anti-Ahok.

Sentimen yang dimaksudkan dalam survei ini adalah penilaian responden akan kebijakan dan kepribadian Basuki sebagai pemimpin.

"Masih dengan perbandingan yang sama, pada Maret 2016, yang tidak setuju dengan kebijakan dan personalitas Basuki ada 25 persen responden. Pada bulan Oktober, naik jadi 38,6 persen responden," ucap dia.

(Baca juga: Survei LSI: Agama Tidak Jadi Tolok Ukur dalam Memilih di Pilkada DKI)

Meski begitu, Ardian menyampaikan, hasil survei ini merupakan gambaran untuk masa sekarang, atau dalam arti, jika pilkada dilaksanakan pada hari survei dilakukan.

Dia menilai, hasil survei dengan pertanyaan dan indikator serupa bisa berubah pada kemudian hari karena tahapan Pilkada DKI Jakarta 2017 masih panjang, yakni masih harus menunggu waktu kampanye, sosialisasi, hingga debat publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com