Taman itu masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Pemprov DKI Jakarta.
Pembangunan taman itu dengan cara membeli lahan di permukiman padat. Lahan yang dibeli mulai dari 200 meter persegi.
"Apa tujuannya? Persis sama RPTRA sekarang," kata Sylvi.
Namun, RPTRA sekarang diakui ada perluasan dan beberapa inovasi.
Ke depan, Sylvi mengaku, bila ia terpilih menjadi wakil gubernur, maka program itu akan lebih ditingkatkan kembali.
Pembangunan ruang publik, kata dia, tetap harus direalisasikan mengingat perlu ada ruang untuk sosialisasi dan interaksi.
Selain itu, Sylvi mengungkapkan bahwa Jakarta Smart City bukanlah program pertama kota cerdas berbasis teknologi di Pemprov DKI Jakarta.
Menurut Sylvi, program kota cerdas sudah ada sebelum Jakarta Smart City.
Sylvi menceritakan, pada tahun 2008 ia pernah diminta Fauzi Bowo yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk pergi ke Seoul, Korea Selatan.
Di sana, ia diminta mewakili Pemprov DKI Jakarta untuk menandatangani perjanjian kerjasama dengan delapan negara.
Perjanjian itu terkait World e-Governments Organization of Cities and Local Governments (WeGO).
"Yang akhirnya (jadi) Jakarta Smart City. Jadi bukan baru sekarang Jakarta Smart City. We are dream team. Ini panjang kerjanya," kata Sylvi.
Sylvi menuturkan, WeGO juga berkaitan dengan open source data. Dulu, katanya, juga ada ruang crisis center.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.