Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Santapan Lontong Sayur Seharga Rp 5 Juta bersama Ahok-Djarot

Kompas.com - 28/11/2016, 09:24 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, mengadakan jamuan makan berbayar dengan para pendukungnya, di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (27/11/2016) sore.

Dalam acara yang diadakan oleh kelompok relawan Badja Dharma itu, menu utama yang disajikan adalah lontong sayur. Lauknya sendiri terdiri atas ayam, daging, dan tahu.

Seperti yang lumrah disajikan hotel berbintang, pendukung yang hadir juga disajikan buah-buahan dan aneka brownies sebagai hidangan penutup.

Pada jamuan makan di Hotel Dharmawangsa, ada dua tarif yang dikenakan kepada pendukung yang datang, yakni Rp 5 juta per kursi untuk yang duduk semeja dengan Ahok dan Djarot, dan Rp 2,5 juta per kursi untuk yang duduk di meja lainnya.

Selain jamuan makan, warga pendukung juga dapat mendengarkan orasi politik dan kampanye dari Ahok maupun Djarot. Selain tentunya, kesempatan untuk berfoto-foto bersama di ujung acara.

"Jadi selain dapat makan, bisa mendengarkan Pak Basuki dan Pak Djarot pidato. Bisa foto-foto juga," kata Ketua panitia acara, Marayuna Anwar Nasution, saat ditemui di sela-sela acara.

Pada jamuan makan di Hotel Dharmawangsa, tercatat ada 160 orang warga pendukung yang datang. Dari mereka terkumpulah dana sekitar Rp 400 juta. Menurut Marayuna, Rp 400 juta dana yang terkumpul merupakan pendapatan bersih setelah dipotong biaya sewa tempat.

Selain jamuan makan, para relawan Ahok-Djarot juga menggalang dana bagi pendukung yang ingin menyumbangkan uangnya. Seperti yang diinstruksikan Ahok, tak ada sama sekali transaksi tunai. Sumbangan dilakukan secara debet melalui penggunaan mesin electronic data capture (EDC) Bank BCA.

Sampai berakhirnya acara, Marayuna menyebut sumbangan kampanye yang terkumpul sudah mencapai sekitar Rp 200 juta. Bila ditotal, dana keseluruhan yang terkumpul dari kegiatan itu mencapai sekitar Rp 600 juta.

"Rp 630-an juta," kata Marayuna.

Menurut Marayuna, seluruh dana yang terkumpul, baik dari jamuan makan maupun penggalangan sumbangan akan langsung diberikan ke tim sukses untuk kebutuhan logistik kampanye.

Ide jamuan makan berbayar

Alsadad Rudi Warga pendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat saat kegiatan penggalangan dana kampanye dalam kegiatan jamuan makan berbayar di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (27/11/2016).
Saat berorasi di hadapan pendukungnya, Ahok menceritakan awal mula diadakannya jamuan makan berbayar. Menurut Ahok, jamuan makan berbayar terinspirasi model kampanye yang digunakan Barack Obama saat bertarung dalam Pemilihan Presiden tahun 2008.

Ahok mengatakan, Obama menerapkan sistem tiket masuk bagi pendukung yang ingin datang ke kampanyenya. Saat Pilpres AS 2008, Ahok mengaku sempat datang diundang menghadiri kampanye Obama di salah satu kota.

Ketika menghadiri kampanye Obama, Ahok menuturkan, sempat ada salah satu politisi Partai Demokrat (partai asal Obama) yang meremehkan dirinya.

"Dia bilang, kamu jangan bermimpi mengadakan yang seperti ini di negaramu," ujar Ahok.

Oleh karena itu, Ahok menyatakan puas akhirnya bisa menerapkan kampanye seperti yang pernah dilakukan Obama di Indonesia. Menurut Ahok, model kampanye dengan cara menggalang dana dari para pendukung juga bertujuan menumbuhkan gotong royong dan partisipasi dari para pendukung.

Ia menilai, cara ini dapat memangkas biaya politik yang dalam asumsi banyak orang dianggap mahal. Selain tentunya, menghilangkan ketergantungan pada pengusaha.

Alsadad Rudi Calon gubernur DKI Jakarta nomor dua, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat saat mengadakan jamuan makan berbayar dengan para pendukungnya, di Hotel Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (27/11/2016) sore.
"Kami mau menghapus stigma bahwa seolah kampanye harus mahal, harus uang sendiri, bayar jasa. Kalau kumpul-kumpul Rp 50 juta, Rp 25 juta enggak ada balas jasa, gotong royong kok," kata Ahok.

Sementara itu, Djarot mengatakan, penggalangan dana kampanye tidak hanya menargetkan kalangan menengah ke atas, tetapi juga penggalangan dana dari masyarakat yang ada di permukiman-permukiman. 

Menurut Djarot, penggalangan dana kampanye dari masyarakat di permukiman bertujuan untuk menumbuhkan semangat bahwa Ahok-Djarot didukung oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Jakarta.

"Kami berusaha hadir juga ke tengah saudara-saudara kita yang ada di kampung-kampung. Hal ini untuk menunjukkan Basuki Djarot itu dimiliki semua masyarakat Jakarta," kata Djarot.

Kompas TV Viral Video Nusron Wahid Nasihati Ahok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pasang Billboard Skincare 'Cerah' di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Pasang Billboard Skincare "Cerah" di Bogor, Bima Arya Akui Terkait Pilkada Jabar

Megapolitan
Dijanjikan Komisi dari 'Like' dan 'Subscribe' Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Dijanjikan Komisi dari "Like" dan "Subscribe" Youtube, Korban Ditipu Rp 800 Juta

Megapolitan
Dua Penipu Modus 'Like' dan 'Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Dua Penipu Modus "Like" dan "Subscribe Youtube Ditangkap, Dikendalikan WNI di Kamboja

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

[POPULER JABODETABEK] Kehadiran Marshel di Pilkada Tangsel Dianggap Muluskan Kemenangan Benyamin Pilar | Akhir Pelarian Ketua Panitia Konser Lentera Festival

Megapolitan
WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan 'Like' dan 'Subscribe' Youtube di Indonesia

WNI di Kamboja Jadi Dalang Penipuan "Like" dan "Subscribe" Youtube di Indonesia

Megapolitan
Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Penolakan Tapera Terus Menggema, Buruh dan Mahasiswa Kompak Gelar Unjuk Rasa

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 28 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Rombongan Tiga Mobil Sempat Tak Bayar Makan di Resto Depok, Ini Alasannya

Megapolitan
Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Pemkot Jaksel Diminta Tindak Tegas Dua Restoran di Melawai yang Dianggap Sebabkan Kegaduhan

Megapolitan
Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Megapolitan
Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Megapolitan
Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Megapolitan
Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
PPDB 'Online' Diklaim Efektif Cegah Adanya 'Siswa Titipan'

PPDB "Online" Diklaim Efektif Cegah Adanya "Siswa Titipan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com