Multifungsi vaksin HPV
Andrijono menjelaskan, vaksin HPV tergolong mahal. Sekali suntik, tiap orang harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 800.000 hingga 1 juta.
Jika vaksin baru diberikan saat usia SMP atau SMA, maka harus diberi dosis tiga kali. Sementara jika vaksin diberikan pada anak usia SD, hanya membutuhkan dua kali dosis.
"Vaksinasi anak sekolah kelas 5 SD, proteksi 15 tahun. Diperkirakan antibodi flat, tidak perlu tambahan booster (vaksin tambahan), karena antibodinya bagus," kata Andrijono.
Meski demikian, kata dia, vaksin HPV ini multifungsi. Selain dapat mencegah kanker serviks, vaksinasi ini juga dapat mencegah kanker kemaluan luar, kanker vagina, kanker dubur, kanker mulut, dan kanker lidah.
Indonesia, kata dia, tergolong terlambat melaksanakan vaksinasi HPV. Sebab, 64 negara lain sudah memberikan vaksin HPV gratis kepada anak-anak.
Selain itu, ada negara-negara yang menjadikan vaksinasi kanker serviks sebagai program imunisasi nasional. Seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Srilanka, dan lain-lain.
Kini, Amerika Serikat sudah tak melaksanakan vaksinasi itu karena angka penderita kanker serviks terus berangsur menurun.
"Melalui vaksinasi ini, risiko terkena kanker serviks menjadi mengecil. Risikonya tinggal 30 persen, karena 70 persennya sudah teratasi," kata Andrijono.
Adapun distribusi vaksin resmi harus melewati beberapa tahap. Dari pabrik Biofarma, vaksin dibawa dengan kendaraan menuju tempat penyimpanan milik Kemenkes.
Dari Kemenkes, vaksin didistribusikan ke tempat penyimpanan milik dinas kesehatan provinsi. Selanjutnya, vaksin dibawa ke tempat penyimpanan dinas kesehatan kabupaten atau kota.
Kemudian, vaksin dibawa ke puskesmas yang ada di setiap daerah. Lalu, vaksin disebar ke sekolah-sekolah untuk diberikan ke siswi.