Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jalu Priambodo

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian INSTRAT.

Menebak Kawan Koalisi di Putaran Kedua Pilkada DKI

Kompas.com - 17/02/2017, 11:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Angka ini jauh lebih sedikit dibandingkan koalisi masing-masing partai berbasis Islam tersebut dengan partai berbasis nasionalis.

Dari beberapa poin di atas, kita dapat menganalisa bahwa terjadinya koalisi partai di Pilkada lebih didasari pada pertimbangan taktis dibandingkan ideologis.

Partai yang sudah menyatakan diri sebagai oposisi cenderung akan bersama-sama, sedangkan partai yang masuk dalam pemerintahan juga cenderung akan bersama.

Partai berbasis Islam akan cenderung berkoalisi dengan partai berbasis nasionalis guna melengkapi kombinasi nasionalis relijius yang lebih diterima luas publik. Begitu juga sebaliknya, partai nasionalis membutuhkan dukungan kalangan relijius untuk memenangkan calonnya.

Menatap putaran kedua Pilkada DKI, dengan melihat peta koalisi tersebut, penulis memprediksikan bahwa peran negosiasi koalisi akan dimainkan oleh Partai Golkar.

Kelihaian Golkar dalam menjalin koalisi telah teruji di Pilkada. Golkar juga telah memiliki ikatan koalisi yang cukup banyak dengan Demokrat (42%) dan PAN (45%) di Pilkada 2017. 

Sementara itu, PDIP cenderung akan mengamankan ikatan dengan PAN, PPP dan PKB yang juga telah masuk dalam pemerintahan. PDIP sangat butuh klaim dukungan partai berbasis Islam guna meredam isu SARA. Bisa saja PDIP menggunakan kursi menteri di pemerintahan sebagai daya tawar.

Di kubu yang lain, Gerindra sepertinya akan cenderung mengamankan ikatan dengan PKB. Keduanya telah berkoalisi di 37% Pilkada. Sedangkan PKS sepertinya akan cenderung mengamankan ikatan dengan PAN yang telah berkoalisi di 30% Pilkada.

Baik Gerindra dan PKS juga memiliki ikatan koalisi yang dekat dengan Demokrat, PKS telah berkoalisi di 38% pilkada sedangkan Gerindra 35%.

Penentu utama koalisi tentu akan kembali pada Partai Demokrat. Posisi Demokrat sebagai pemimpin koalisi Agus-Silvy bersama PAN, PKB, dan PPP akan membuat suaranya paling didengar.

Meski cukup dekat dengan Golkar, namun Demokrat cukup jauh dengan PDIP. Hanya 29% koalisi yang dibuat di antara mereka. Ditambah dengan beberapa insiden yang terjadi selama putaran pertama, tentu tidak mudah bagi PDIP untuk meyakinkan Demokrat agar bergabung.

Demokrat bisa saja memilih PKS dan Gerindra yang lebih banyak memiliki ikatan koalisi dengan Demokrat.

Terlepas dari komposisi koalisi yang akan terbentuk di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, penentu utama jatuhnya pilihan publik adalah kedua pasangan calon sendiri.

Partai menawarkan mesin pemenangan, namun sosok yang dipiih tetap kandidat Cagub dan Cawagub, bukan partai politik. Kemampuan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dalam meraih simpati akan kembali diuji publik dalam waktu dua bulan ke depan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com