Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Terjang Agus Yudhoyono pada Pilkada DKI

Kompas.com - 18/02/2017, 14:48 WIB
David Oliver Purba

Penulis

Pada akhirnya, PPP, PKB, dan PAN bersepakat mengusung Agus sebagai calon gubernur DKI Jakarta.

Masa kampanye

Pada hari pertama kampanye, Agus shalat Jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Setelah itu, dia menemui Imam Masjid Agung Sunda Kelapa.

Selanjutnya, dengan menggunakan istilah bergerilya, Agus mengunjungi masyarakat di sejumlah wilayah di Jakarta dengan gaya tacticool-nya.

Selama masa kampanye, muncul sejumlah survei yang menyatakan elektabilitas Agus ada di posisi paling rendah di banding cagub lainnya.

Namun, pada masa kampanye hingga pertengahan Januari 2017, elektabilitas Agus mulai naik dan mengungguli Ahok serta Anies.

Pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Widjaja, menilai alasan Agus kerap unggul dalam sejumlah survei adalah karena dia memiliki kesempatan lebih besar untuk menaikkan elektabilitas dengan cara mengenalkan diri.

Dibandingkan dengan Ahok dan Anies, kata Yunarto, Agus merupakan calon yang sebelumnya paling tidak dikenal sebelum pendaftaran pilkada.

Naiknya elektabilitas Agus juga dinilai disebabkan oleh menurunnya elektabilitas Ahok akibat kasus dugaan penodaan agama. Selain itu, elektabilitas Agus juga diyakini naik karena latar belakang militer, dan dukungan dari warga Betawi.

(Baca: SBY: Tidak Mungkin Saya Beri Restu kalau Agus Tidak Mampu)

Namun, sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari atau tepatnya setelah debat resmi cagub-cawagub DKI Jakarta pada 10 Januari 2017, elektabilitas Agus terus menurun.

Pada survei Poltracking periode 9 sampai 13 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi adalah 30,25 persen. Pada survei 24-29 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi menjadi 25,75 persen.

Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha mengatakan, alasan pertama elektabilitas Agus-Sylvi turun adalah efek kejut yang memudar. Alasan kedua berkaitan dengan disebutnya nama Sylviana Murni dalam kasus proyek pembangunan Masjid Al-Fauz di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, dan dana hibah untuk Kwarda Pramuka DKI Jakarta.

Hanta mengatakan, kasus tersebut ikut memengaruhi penurunan elektabilitas pasangan Agus-Sylviana.
 
Kemudian alasan ketiga adalah tentang penampilan Agus-Sylviana dalam debat cagub dan cawagub.

Berdasarkan hasil survei Poltracking Indonesia, penampilan Agus-Sylviana dalam debat dinilai kurang baik.

Halaman:


Terkini Lainnya

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com