Pada akhirnya, PPP, PKB, dan PAN bersepakat mengusung Agus sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Masa kampanye
Pada hari pertama kampanye, Agus shalat Jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Setelah itu, dia menemui Imam Masjid Agung Sunda Kelapa.
Selanjutnya, dengan menggunakan istilah bergerilya, Agus mengunjungi masyarakat di sejumlah wilayah di Jakarta dengan gaya tacticool-nya.
Selama masa kampanye, muncul sejumlah survei yang menyatakan elektabilitas Agus ada di posisi paling rendah di banding cagub lainnya.
Namun, pada masa kampanye hingga pertengahan Januari 2017, elektabilitas Agus mulai naik dan mengungguli Ahok serta Anies.
Pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Widjaja, menilai alasan Agus kerap unggul dalam sejumlah survei adalah karena dia memiliki kesempatan lebih besar untuk menaikkan elektabilitas dengan cara mengenalkan diri.
Dibandingkan dengan Ahok dan Anies, kata Yunarto, Agus merupakan calon yang sebelumnya paling tidak dikenal sebelum pendaftaran pilkada.
Naiknya elektabilitas Agus juga dinilai disebabkan oleh menurunnya elektabilitas Ahok akibat kasus dugaan penodaan agama. Selain itu, elektabilitas Agus juga diyakini naik karena latar belakang militer, dan dukungan dari warga Betawi.
(Baca: SBY: Tidak Mungkin Saya Beri Restu kalau Agus Tidak Mampu)
Namun, sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari atau tepatnya setelah debat resmi cagub-cawagub DKI Jakarta pada 10 Januari 2017, elektabilitas Agus terus menurun.
Pada survei Poltracking periode 9 sampai 13 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi adalah 30,25 persen. Pada survei 24-29 Januari 2017, elektabilitas Agus-Sylvi menjadi 25,75 persen.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yudha mengatakan, alasan pertama elektabilitas Agus-Sylvi turun adalah efek kejut yang memudar. Alasan kedua berkaitan dengan disebutnya nama Sylviana Murni dalam kasus proyek pembangunan Masjid Al-Fauz di Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, dan dana hibah untuk Kwarda Pramuka DKI Jakarta.
Hanta mengatakan, kasus tersebut ikut memengaruhi penurunan elektabilitas pasangan Agus-Sylviana.
Kemudian alasan ketiga adalah tentang penampilan Agus-Sylviana dalam debat cagub dan cawagub.
Berdasarkan hasil survei Poltracking Indonesia, penampilan Agus-Sylviana dalam debat dinilai kurang baik.