Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Portugis dan Pejuang Kemerdekaan di Gereja Tugu

Kompas.com - 27/02/2017, 21:00 WIB
Cahyu Cantika Amiranti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hanya orang dengan keturunan Portugis yang boleh dimakamkan di Makam Gereja Tugu. Berbeda dengan Gereja Tugu yang menerima jemaat umum.

"Kalau mau dimakamkan di sini, harus dicek dulu apakah dia keturunan Portugis atau bukan," ujar Ketua Ikatan Keluarga Besar Tugu (IKBT), Erni Michicls, saat ditemui Kompas.com, pekan lalu.

Awalnya, lanjut Erni, makam warga keturunan Portugis berada di Tanah Abang. Namun, karena masalah jarak, dibuat pemakaman di halaman Gereja Tugu.

Saat ini sudah ada ratusan jenazah yang dimakamkan di sana. Namun, sebagian besar jenazah tersebut dimakamkan saling bertindihan sehingga jumlah makam yang terlihat di sana hanya puluhan saja.

Walaupun begitu, ada aturan yang berlaku untuk menindih jenazah lain. Di antaranya, harus berasal dari keluarga inti dan jenazah sebelumnya sudah dimakamkan selama paling tidak 10 tahun.

Jika sudah terlalu lama atau terlalu banyak ditindih, tulang belulang sang jenazah pun tak terlihat lagi.

Cagar budaya

Di antara jenazah-jenazah tersebut, terdapat beberapa tokoh yang tewas akibat perang. Namun, kurang diketahui secara pasti nama-nama tokoh tersebut.

"Tak hanya pejuang negara, orang yang memperjuangkan kelestarian budaya juga banyak dimakamkan di sini," ucap Erni.

Pada 1970 makam ini pun dijadikan cagar budaya oleh Gubernur Ali Sadikin. Kebetulan, saat itu sedang ada orang Kedutaan Malaka (Malaysia) datang berkunjung.

Meski budayanya masih kental, Erni mengatakan tidak ada ritual adat apa pun yang dijalankan saat pemakaman. Keluarga hanya beribadah dan berdoa saja.

Walaupun begitu, proses pemakaman selalu dibantu secara bersama-sama oleh anggota komunitas. Perawatan makam pun dilakukan secara gotong royong.

Tak heran, makam terlihat masih bersih dan terawat. Hanya ada sedikit area saja yang rumputnya tampak belum dipotong.

Ketika Kompas.com datang berkunjung pun terlihat sedang ada seorang bapak yang sedang mencabut rumput liar.
 
Diharapkan lingkungan makam selalu terawat semakin banyak pengunjung yang ingin berwisata ke cagar budaya tersebut.

Kompas TV Makam Misterius di Padepokan Taat Pribadi Dibongkar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Tak Bisa Biayai Pemakaman, Keluarga Tak Kunjung Ambil Jenazah Pengemis Korban Kebakaran di Pejaten

Megapolitan
Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Keluarga Pengemis Sebatang Kara di Pejaten Barat Lepas Tangan Usai Mendiang Tewas Akibat Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com