Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkot Versus Ojek "Online", Penumpang Terlantar

Kompas.com - 09/03/2017, 10:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Rabu (8/3/2017) kemarin, warga Kota Tangerang, Banten, yang mengandalkan transportasi umum untuk beraktivitas harus memutar otak guna mencari cara menuju tempat tujuan. Pasalnya, hampir semua sopir angkot menggelar unjuk rasa sebagai bentuk protes terhadap kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi atau online yang dianggap merugikan mereka.

Risa (28) misalnya, pegawai swasta yang sering menumpang mobil angkot untuk menuju Stasiun Tangerang dari rumahnya di kawasan Perum, pagi kemarin bingung karena tidak ada angkot yang biasanya mengetem di depan gang dekat rumahnya.

"Angkot saya sejalan ke stasiun, sudah biasa ngangkot. Karena enggak ada, ya sudah pesan ojek online," kata Risa kepada Kompas.com, kemarin.

Namun transportasi alternatif seperti ojek online hanya bisa diandalkan sampai siang hari. Akasi unjuk rasa memanas, terutama ketika ada driver Grab ditabrak angkot di Jalan Perintis Kemerdekaan dan kondisi luka parah, bahkan koma.

Sesama tukang ojek online yang lain pun berkumpul dan mulai sweeping angkot. Salah satu aksi sweeping dilakukan di Jalan Daan Mogot, depan Polres Metro Tangerang. Sweeping sempat membuat arus lalu lintas macet total.

Beberapa angkot yang lewat diteriaki, dipukul, bahkan dipaksa berhenti. Penumpang dipaksa  turun. Untungnya, aksi itu cepat ditangani polisi sehingga kondisi kembali aman.

Namun saat polisi membubarkan tukang ojek online di Jalan Daan Mogot, tukang ojek online yang lain ternyata melakukan sweeping lagi di Jalan Raya Sangiang, Periuk, yang berujung bentrok dengan sopir angkot. Mereka saling lempar batu dan membawa bambu panjang sebagai senjata.

Bentrokan terjadi di dekat warung serta permukiman warga. Setelah setengah jam lebih, aksi itu baru dapat penanganan polisi dan massa secara bertahap dibubarkan.

Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun lima mobil angkot rusak akibat dipukul dengan bambu dan terkena lemparan batu besar.

Alasan Demo

Kepala Koordinator Wilayah IIA DPP Organda, Shafruhan Sinungan mengungkapkan, belakangan ini pendapatan sopir angkot dan taksi makin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah beralihnya penumpang ke transportasi berbasis aplikasi.

"Untuk taksi, banyak perusahaan yang memberhentikan karyawannya. Armada taksi juga banyak yang tidak beroperasi. Untuk angkot secara umum di Jabodetabek juga sudah parah," kata Shafruhan yang membawahi Organda Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

Menurut Shafruhan, pemerintah tidak konsisten dalam menegakkan aturan.  Banyaknya angkutan dengan aplikasi merusak tatanan sektor transportasi umum biasa. Dia juga menyebutkan unjuk rasa kemarin sebagai akumulasi ekspresi para sopir yang merasa dirugikan sejak lama.

"Angkutan berbasis aplikasi mengakibatkan banyak angkutan umum resmi kolaps," ujar dia.

 

Koma

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com