Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Santri Makam Mbah Priok yang Berdamai dengan Pemprov karena Ahok

Kompas.com - 03/05/2017, 12:03 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Perkenalan komunitas Makam Mbah Priok dengan Ahok sendiri bermula ketika Habib Sting mengundang Ahok untuk datang ke Makam. Gubernur sebelumnya juga selalu diundang untuk bisa menyelesaikan sengketa tanah ini.

Namun, menurut Wahyu, gubernur pertama yang serius menyelesaikan permasalahan ini dan membangun makam adalah Ahok.

"Gubernur muslim bukan jaminan, buktinya waktu kita digusur, itu gubernurnya muslim, tapi mau hancurin makam habib," kata Wahyu.

Wahyu, yang siang itu mengenakan kaos bergambar sketsa muka Ahok, mengakui ia dan banyak teman-temannya mendukung Ahok. Ia menampik isu saling memanfaatkan di Pilkada DKI ini.

"Kalau untuk Pilkada, Habib Sting sendiri enggak berpolitik jadi gimana untuk cari suara? Ahok enggak datang ke sini, dia diundang," kata Wahyu.

Baca: Menengok Makam Mbah Priok yang Akan Jadi Wisata Religi Internasional

Kontroversi cagar budaya

Dengan diperlakukannya Makam Mbah Priok sebagai cagar budaya, kontroversi soal ketokohan Mbah Priok dan keberadaan makamnya, kembali mencuat.

Selain karena dianggap melanggar Undang-undang Cagar Budaya, Pemprov DKI juga dianggap melanggengkan hoax dengan mengakui Makam Mbah Priok sebagai cagar budaya.

"Kalau yang namanya fitnah mah sudah biasa, dari dulu juga sudah ada, sampai dibikinkan nisan di TPU Semper," kata Wahyu.

Wahyu menganggap orang-orang yang mengklaim bahwa Mbah Priok adalah mitos, atau menyebut makamnya sudah pindah, bukanlah mereka yang tahu dan merawat makam ini.

Makam itu disebut sudah ada sejak jaman Belanda, saat itu, sekitar tahun 1756, Mbah Priok atau Habib Hasan Al Haddad yang merupakan penyiar agama Islam yang berasal dari Sumatera, berangkat ke Pulau Jawa untuk berziarah ke sejumlah makam para wali di tanah Jawa.

Saat akan tiba di wilayah Batavia, perahunya terkena badai, namun dia selamat karena menemukan periuk dan akhirnya berhasil menepi di Batavia.

Adiknya di Palembang menyusulnya tinggal di Batavia dan menyiarkan agama Islam di sana. Daerah itu pun akhirnya dinamakan menjadi Tanjung Priok.

Periuk-periuk itu kini berbentuk kuali yang masih digunakan ummat untuk memasak nasi kebuli ketika haul tiap hari Minggu terakhir bulan Safar.

Sudah bertahun-tahun lamanya Wahyu dan sekitar 50 santri lainnya tinggal sederhana di sini. Mereka menimba tak hanya ilmu agama, namun juga keterampilan profesional seperti teknik, komputer, arsitektur, dan lainnya.

"Kalau cuma dengar kata orang begini begitu... Ya yang tahu pribadi kita kan kita sendiri, keyakinan biar masing-masing sajalah," kata Wahyu.

Aset Makam yang tadinya dikuasai Habib Sting melalui eigendom verponding, kini sedang diubah menjadi IMB atas nama Yayasan Makam Mbah Priok. Akan didirikan masjid dan rumah pemotongan hewan di makam ini.

Kompas TV Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali mengunjungi makam Mbah Priok di Koja, Jakara Utara. Kali ini Ahok datang untuk meresmikan makam Mbah Priok sebagai cagar budaya di Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com