Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moda Transportasi Bus, Kejayaan yang Kini Tinggal Kenangan

Kompas.com - 15/06/2017, 19:10 WIB

Sekitar lima tahun lalu, bus berkapasitas 40 orang itu bisa penuh penumpang, sedangkan saat ini hanya terisi kurang dari setengah. Harga tiket bus sekali perjalanan Rp 26.000. Jika penumpang penuh, penjualan tiket bisa mencapai Rp 1,04 juta.

Aris memperoleh komisi 15 persen dari tiap tiket yang terjual. Artinya, dia bisa memperoleh Rp 156.000 per hari. Namun, kini ia hanya memperoleh komisi Rp 50.000-Rp 75.000 sekali jalan.

Pendapatan itu belum dikurangi untuk makan, kebutuhan sehari-hari, dan uang kontrak rumah Rp 600.000 per bulan. Ia juga harus mengirim uang kepada istri dan dua anaknya yang tinggal di Pandeglang.

Keterpurukan juga dirasakan perusahaan otobus (PO) PT Naikilah Perusahaan Minang (NPM) yang melayani jurusan Padang-Jakarta. Sepuluh tahun lalu, dalam sehari mereka memberangkatkan lima bus dari sejumlah terminal di Jakarta. Kini, hanya satu bus yang terisi tidak lebih dari setengah.

"Sebelumnya kami mampu memberangkatkan satu bus dari tiap terminal," kata Kepala Perwakilan PT NPM Terminal Kalideres Amar Yusuf.

Menurut Yusuf, angkutan bus dari Jakarta tujuan Sumatera menjadi yang paling terpuruk setelah penerbangan berbiaya murah semakin banyak. Ada beberapa PO yang bangkrut karena kerap merugi. Bus-bus mereka hanya terisi ketika libur panjang karena saat itu harga tiket pesawat berlipat.

Bus antarkota dalam provinsi Kowanbisata termasuk yang terdampak. Ketua Umum Kowanbisata Terminal Pulo Gebang Basarudin Siregar mengungkapkan, rata-rata terjadi penurunan jumlah penumpang 30 persen per tahun. Penyebabnya antara lain maraknya persewaan mobil.

"Kalau perantau pulang bawa mobil kan lebih bergengsi, tidak peduli itu mobil pribadi atau hanya sewaan," ujar Siregar.

Siregar mengatakan, semakin banyaknya program mudik gratis juga menurunkan jumlah penumpang bus. Moda transportasi kereta yang kelas ekonominya kini terasa nyaman dengan harga terjangkau juga menjadi pesaing berat bus. Apalagi moda ini juga antimacet.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik dengan bus pada Lebaran ini diperkirakan turun 2,11 persen, yakni dari 4,41 juta orang menjadi 4,32 juta orang.

Siregar mengatakan, semakin menyusut jumlah penumpang semakin membuat perusahaan otobus kesulitan menutupi biayai operasionalnya, termasuk perawatan. Padahal, semakin tidak terawat, semakin bus itu rawan mengalami kecelakaan. Bus akan dipandang sebagai moda yang kurang aman. Ini bak lingkaran setan yang tak putus.

"Ini kondisi yang sulit. Kami ingin tetap berkomitmen dengan keselamatan penumpang, tetapi butuh biaya. Sementara penerimaan dari penumpang terus menurun," ujarnya.

Hasil uji ramp check nasional menjelang Lebaran ini, masih ada 30 persen bus angkutan Lebaran yang tidak laik jalan.

Semua kondisi ini membuat bus kehilangan daya tariknya. Padahal, semestinya bus bisa menjadi salah satu tulang punggung transportasi massal.

(NIKSON SINAGA/B KRISNA YOGATAMA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Juni 2017, di halaman 1 dengan judul "Kejayaan yang Kini Tinggal Kenangan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

TikToker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Kelurahan di DKJ Dapat Kucuran Anggaran 5 Persen dari APBD, Sosialisasi Mulai Mei 2024

Megapolitan
Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Diprotes Warga karena Penonaktifan NIK, Petugas: Banyak Program Pemprov DKI Tak Berjalan Mulus karena Tak Tertib

Megapolitan
Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com