Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sugiarti Sudah Meminta Maaf, Julianto Berharap Proses Hukum Dilanjutkan

Kompas.com - 02/08/2017, 09:47 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Karena masalah asmara, Sugiarti melakukan pemesanan melalui aplikasi ojek online, Go-Food, yang ditujukan kepada seorang pegawai bank swasta bernama Julianto Sudrajat.

Hal ini membuat Julianto harus membayar pesanan tersebut dengan total mencapai jutaan rupiah.

Awalnya Julianto mengenal dan menjalin komunikasi dengan Sugiarti melalui media sosial Facebook pada 2016. Pada suatu kesempatan, Sugiarti meminta Julianto untuk menikahinya.

Namun, Julianto menolak dan tidak pernah lagi menghubungi Sugiarti.

Diduga karena sakit hati, Sugiarti menulis sejumlah status di akun Facebook miliknya yang dinilai menjelek-jelekkan Julianto. Sugiarti juga disebut berpura-pura melamar kerja di tempat Julianto bekerja untuk mendapat informasi lebih dalam mengenai Julianto.

Julianto yang melihat Sugiarti di perusahaan tersebut sempat mempertanyakan alasan dia mengunggah status negatif tentang dirinya. Namun, Sugiarti tidak menjawab.

Tidak berselang lama, sejumlah pesanan melalui Go-Food datang ke alamat kantor Julianto. Pesanan Go-Food yang datang bukan hanya sekali, pesanan datang berkali-berkali hingga total mencapai jutaan rupiah.

(baca: Julianto Berharap Hukuman terhadap Sugiarti Bisa Timbulkan Efek Jera)

Hal itu sempat menjadi perhatian karena pesanan makanan seluruhnya ditujukan kepada Julianto. Padahal, Julianto tidak memesannya.

Merasa kesal dengan hal itu, Julianto kemudian menyampaikan keluhannya di media sosial mengenai kejadian yang dia alami dan melaporkankannya ke polisi.

Julianto menduga Sugiarti yang melakukan pemesanan fiktif itu. Polisi kemudian bertindak dengan membentuk tim untuk mengungkap kasus tersebut.

Dari penyelidikan, terungkap bahwa pemesan order fiktif dilakukan oleh Sugiarti. Dalam pemeriksaanya, Sugiarti mengaku hal itu dilakukan karena masalah asmara.

Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo mengatakan bahwa Julianto pernah menemui Sugiarti. Adapun Julianto tidak lagi berkomunikasi dengan Sugiarti karena fotonya di media sosial berbeda dengan kondisi aslinya.

"Iya karena asmara. Ada di Facebook kan Photoshop bisa diarsir ya fotonya, ada manipulasi. Kenyataanya enggak sesuai," ujar Andry, kepada Kompas.com, Selasa (1/8/2017).

(baca: Julianto Sebut Sugiarti dan Orangtuanya Sudah Minta Maaf)

Saat memesan Go-Food ats nama Julianto, Sugiarti mengaku dibantu dua keponakannya berinisial FH dan R yang saat ini menjadi saksi.

Adapun Sugiarti sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik yang diatur dalam Undang-Undang ITE. Julianto mengatakan telah mengetahui penetapan status tersangka terhadap Sugiarti.

Sugiarti dan orangtuanya juga telah menemui Julianto untuk meminta maaf. Namun, Julianto kekeh untuk tidak mencabut laporannya. Julianto berharap agar hukuman bisa membuat Sugiarti jera. Dia juga berharap agar tak ada lagi korban seperti yang dialami saat ini.

"Dia sudah minta maaf, tetapi kami enggak mau cabut tuntutan agar proses tetap dilanjutkan. Saya sudah bilang ke polisi," ujar Julianto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com