JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar pukul 15.30 WIB, Rabu (30/8/2017), sejumlah penyandang disabilitas yang tergabung dalam Gerakan Aksesbilitas Umum Nasional (GAUN) menggelar aksi susur trotoar di sepanjang Jalan Sabang, lalu menuju Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Perjalanan GAUN dimulai dari lampu pengatur lalu lintas Jalan Sabang, tepatnya di perempatan dengan Jalan Kebon Sirih.
Sejumlah peserta penyandang tuna netra kemudian menggunakan tongkat untuk meraba yellow line yang tersedia di trotoar tersebut.
"Ini kok ada paving yellow line yang enggak teraba ya," ujar seorang anggota GAUN.
Baca: Warna-warni Jalur Pedestrian di Kota Bekasi
Tak lama berselang, penyandang tuna netra lainnya terkejut ketika yellow line yang menuntun mereka menyusuri trotoar tiba-tiba terputus.
Benar saja, di lokasi tersebut terdapat sejumlah paving block yellow line yang hilang dari tempatnya.
Hal ini menimbulkan lubang berbentuk kotak yang tentunya menghambat perjalanan para penyandang disabilitas ini.
Sejumlah lubang juga terlihat di beberapa bagian trotoar.
Tak hanya para penyandang tuna netra yang mengalami kesulitan. Seorang penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda terpaksa diangkat karena jalur pedestrian tersebut tak memiliki sisi miring untuk memudahkan kursi roda menuruni trotoar.
"Bayangkan saja, ada putusan di sisi trotoar itu. Kalau mereka (penderita lumpuh) mau turun trotoar kan susah," ujar seorang aktivis GAUN, Hasnita Taslim.
Perjalanan pun dilanjutkan menuju pusat kuliner yang terdapat di Jalan Sabang. Di lokasi tersebut jalur-jalur pedestrian digunakan sebagai tempat parkir kendaraan bermotor.
Rombongan peserta aksi pun terpaksa harus melewati badan jalan karena tak dapat lagi menggunakan jalur pedestrian yang telah disesaki kendaraan bermotor.
Baca: 7 Ribu Km Jalur Pedestrian di Jakbar Harus Diperbaiki
Ariani mengatakan, sejauh ini jalur pedestrian di Ibu Kota belum mampu mengakomodir seluruh kebutuhan kaum disabilitas.
"Ada trotoar yang digunakan untuk parkir, lalu ada yellow line yang teksturnya sudah tak teraba, trotoar yang berlubang dan masih banyak lagi," kata dia.
Ia menilai, dalam hal ini pemerintah harus konsisten dalam menegakkan peraturan mengenai tata tertib penggunaan jalur pedestrian di DKI Jakarta.
"Kalau memang untuk jalur pedestrian ya betul-betul harus nyaman untuk pejalan kaki, termasuk kaum disabilitas. Jangan boleh untuk parkir, itu sangat menyulitkan kaum seperti kami," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.