JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar membangun trotoar yang lebar di berbagai ruas jalan di Ibu Kota.
Tahun ini, Dinas Bina Marga bersama suku dinas terkait membangun trotoar sepanjang 80 kilometer di lima wilayah kota administratif dengan anggaran Rp 412 miliar.
Pelebaran trotoar dilakukan salah satunya untuk mendorong pejalan kaki menggunakan transportasi umum.
Ramah high heels dan rencana pendirian kafe
Pembangunan trotoar di Jakarta tidak hanya melebarkan, tetapi juga memperhatikan kenyamanan pejalan kaki.
Di Jakarta Utara misalnya, Kepala Seksi Kelengkapan Prasarana Jalan dan Jaringan Utilitas Sudin Bina Marga Jakarta Utara Libertus Sagata mengatakan, 12 trotoar di Jakarta Utara dibangun dengan konsep ramah terhadap pengguna high heels dan penyandang disabilitas.
"Trotoar ini nanti tidak menyampingkan jalur penyandang disabilitas. Permukaan trotoar juga tak bercelah nantinya. Mempermudah wanita bersepatu high heels ketika berjalan di atas trotoar. Biasanya, mereka enggan melintas trotoar karena hak sepatunya kerap terselip pada sela permukaan trotoar itu," kata Libertus, Senin (4/9/2017).
(Baca juga: Rp 42 Miliar untuk Bangun Trotoar Ramah Pengguna "High Heels")
Menurut Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, setelah pelebaran trotoar selesai, tenda-tenda untuk kafe nantinya bisa dibangun di atas trotoar tersebut.
Namun, tenda itu hanya bisa didirikan pada malam hari dan langsung dibongkar pada malam itu juga.
"Untuk beberapa ruas jalan, proyeksi kami kalau malam hari, malam Minggu misalkan, malam hari setelah jam 20.00 malam, itu bisa untuk hangout anak-anak muda, bisa dibikin semacam tenda-tenda kafe kecil, tapi langsung dibongkar dan bersih," ujar Djarot, Selasa (5/9/2017).
Selain itu, masyarakat bisa duduk-duduk di trotoar yang sudah lebar. Pemprov DKI Jakarta akan menyediakan kursi taman di trotoar-trotoar tersebut.
(Baca juga: Djarot: Proyeksi Kami, di Trotoar Bisa Dibikin Tenda Kafe Kecil)
Trotoar ideal
Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Riri Asnita mengatakan, trotoar ideal yang dibangun Pemprov DKI Jakarta memiliki kriteria tertentu.
Lebar minimal trotoar yakni 1,5 meter dan harus lebih lebar untuk trotoar di jalan arteri. Ketinggian trotoar kurang lebih 15 sentimeter dengan kemiringan tidak terlalu curam.
Trotoar ideal juga harus dilengkapi ubin pemandu penyandang disabilitas atau guiding block yang biasanya berwarna kuning.
Trotoar juga harus dilengkapi fasilitas penerangan, kursi, serta tanaman. Fasilitas lain yang bisa dilengkapi di trotoar adalah portal "S", meski tidak wajib.
"Portal S itu fungsinya supaya kursi roda bisa lewat tapi kendaraan roda dua seperti motor tidak bisa masuk," ujar Riri, beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Tak Ramahnya Trotoar di Jalan Sabang untuk Penyandang Disabilitas)
Selain itu, pembangunan trotoar di Jakarta dilengkapi beberapa fasilitas penunjang, salah satunya speed bump untuk menyejajarkan trotoar yang terpisah jalan.
Dengan demikian, pejalan kaki tidak perlu naik turun. Pengendara juga akan memperlambat laju kendaraan karena speed bump lebih tinggi dibanding jalan dan mendahulukan pejalan kaki untuk menyeberang.
Beberapa bagian trotoar dibangun menggunakan beton yang konturnya menyerupai pori-pori. Beton tersebut berfungsi agar air bisa langsung masuk ke dalam tanah.
"Beton ini cepat meresap, yang pori-pori merah. Diharapkan air hujan terserap jalur pedestrian dan terserap ke tanah," kata Riri.
(Baca juga: Masih Banyak Pelanggaran, Program Bulan Tertib Trotoar Diperpanjang )
Pembangunan trotoar juga dilengkapi dengan ducting atau boks utilitas. Ke depan, semua kabel utilitas yang menggantung akan dimasukkan ke dalam boks utilitas yang ada di bawah trotoar.
Boks utilitas yang dibangun berukuran 1,2 meter x 1,8 meter dengan kedalaman 2,3 meter. Jarak antar-boks utilitas 20 meter-25 meter.