Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simalakama Sistem Satu Arah di Depok

Kompas.com - 08/09/2017, 08:24 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

Kompas TV Antrean panjang mulai dari simpang Gadog menuju Puncak hingga akhirnya petugas kepolisian memberlakukan sistem satu arah di jalur itu.

"Tentunya ketika terjadi perubahan pola pergerakan, masyarakat tentunya tidak serta merta mereka bisa seperti sebelumnya. Ada pola perilaku baru," kata Gandara di Balai Kota Depok, Kamis siang.

(Baca juga: Kadishub Depok: Masyarat Akan Terbiasa dengan Sistem Satu Arah)

Namun, Gandara menyatakan, perubahan pola tersebut hanya berlangsung sementara. Ia yakin, saat nantinya masyarakat terbiasa dengan SSA, pergerakannya akan bisa menyesuaikan kembali.

"Tentunya kalau semua berjalan seperti yang diharapkan, kalau ada orang ingin beli di suatu tempat tertentu maka merekaa akan tetap jalan ke sana. Walaupun memutar, tetapi waktu tempuhnya lebih cepat," ujar Gandara.

Hasil evaluasi

Ada tiga paramater yang digunakan dalam evaluasi terhadap penerapan SSA di Depok, yakni kecepatan kendaraan, waktu tempuh, dan panjang antrean.

Dari tiga paramater tersebut, kata Gandara, semuanya menunjukkan adanya peningkatan terhadap kinerja jaringan jalan di Depok.

"Kita melihatnya kinerja jaringan jalannya secara keseluruhan, bukan dari satu titik lokasi saja," kata dia. 

Dalam hal waktu tempuh, Gandara menyebut saat ini rata-rata waktu tempuh kendaraan yang melintas di ruas jalan yang menjadi lokasi penerapan SSA maupun jalan lain yang terdampak berkisar 65-55 menit dari sebelumnya 85-80 menit.

(Baca juga: Penerapan Sistem Satu Arah di Depok Dinilai Mampu Urai Kemacetan)

Sementara itu, dalam hal kecepatan, kata dia, saat ini kecepatan rata-rata kendaraan meningkat menjadi 16-17 kilometer per jam, dari sebelumnya 12-14 kilometer per jam.

Adapun rata-rata panjang antrean kendaraan di persimpangan-persimpangan jalan yang menjadi lokasi penerapan SSA maupun jalan lain yang terdampak sudah berkurang menjadi 500 meter dari sebelumnya 1.000-2.000 meter.

"Karena kinerja jaringan jalannya semakin meningkat, maka kita harapkan setelah uji coba ini kebijakannya bisa dilanjutkan," ujar Gandara.

Pemkot Depok masih akan terus melakukan evaluasi untuk memutuskan lanjut atau tidaknya sistem ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com