Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadis Kesehatan: Ada Penyimpangan di RS Mitra Keluarga Kalideres

Kompas.com - 13/09/2017, 10:22 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto mendapati cerita yang berbeda setelah bertemu dengan orangtua bayi Tiara Debora yang meninggal di RS Mitra Keluarga Kalideres pada 3 September 2017. Perbedaannya terkait status bayi Debora yang merupakan pemegang kartu BPJS Kesehatan.

"Ada beberapa perbedaan, seperti dia (RS) kan sudah tahu bahwa BPJS dipunyai keluarga sejak awal. Tapi tadinya rumah sakit bilang dia enggak tahu. Baru ketika mencari kamar, dia baru tahu," ujar Koesmedi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (13/9/2017).

Bayi Debora meninggal setelah RS Mitra Keluarga Kalideres menolak untuk merawatnya di ruang perawatan intensif khusus untuk anak atau PICU rumah sakit itu karena keluarganya tidak sanggup membayar uang muka perawatan. Padahal, Debora merupakan pasien BPJS Kesehatan.

Menurut Koesmedi, bisa saja pihak rumah sakit berkata jujur bahwa mereka tidak tahu Debora pemegang BPJS Kesehatan. Namun, pada akhirnya rumah sakit mengetahui itu sehingga mencarikan rumah sakit rujukan.

Koesmedi mempertanyakan pihak rumah sakit tetap menarik uang perawatan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) saat keluarga Debora pulang. Padahal mereka sudah tahu, Debora memiliki BPJS dan penanganan medis gawat darurat ditanggung BPJS.

"Okelah kalau dia enggak tahu misalnya, pulangnya dia tahu dong kalau itu BPJS. Kok masih ditarik lagi? Jadi memang sudah kami putuskan, memang ada penyimpangan administratif yang terjadi," kata Koesmedi.

Koesmedi juga menemukan fakta lain bahwa RS Mitra Keluarga Kalideres sebelumnya pernah menerima pasien BPJS Kesehatan dalam kondisi gawat darurat. Bahkan, pasien tersebut dirawat 3 sampai 4 hari.

Baca juga: Dinkes: RS Mitra Keluarga Kalideres Pernah Terima Pasien BPJS

Dengan pengalaman itu, seharusnya pihak rumah sakit sudah mengetahui bahwa penanganan medis gawat darurat ditanggung BPJS meski rumah sakit belum bekerja sama dengan BPJS.

"Walaupun dia (RS) belum bekerja sama dengan BPJS, tapi dia sudah beberapa kali menagih ke BPJS dengan cara seperti itu. Kenapa dengan pasien ini (bayi Debora) tidak diperlakukan seperti itu?" tanya Koesmedi.

Semua data yang didapatkan Koesmedi sudah diberikan kepada tim yang mengaudit kasus itu. Nanti tim tersebut yang akan memutuskan sanksi untuk RS Mitra Keluarga Kalideres.

"Kami sudah berikan data itu kepada tim untuk mengolah kira-kira apa kesalahannya dan sanksi apa yang bisa diberikan sesuai dengan aturan yang ada," kata dia.

Sebelumnya, Humas Mitra Keluarga Group, Nendya Libriyani mengatakan pihaknya berjanji akan mengembalikan biaya perawatan Tiara Debora selama menjalani tindakan medis di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. 

"Kami akan mengembalikan uang perawatan selama treatment di UGD, sekitar Rp 6 juta," ujar Nendya, Senin lalu.

Menurut dia, itu ini dilakukan lantaran pihaknya telah mendapatkan arahan dari Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta. 

"Ini arahan Kepala Dinas. Karena ini sebetulnya uang pasien karena mereka pakai BPJS," ucap Nendya.

Lihat juga: Pengelola RS Mitra Keluarga Kalideres Bisa Dijerat dengan UU Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika Cs ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com