Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pengunjung yang Keluhkan Sistem Bayar Parkir Pasar Tanah Abang

Kompas.com - 31/10/2017, 06:35 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS. com - Sejumlah pengunjung merasa kecewa dengan sistem pembayaran parkir resmi di Pasar Tanah Abang. Pasalnya, biaya parkir yang dibebankan di pasar yang terletak di kawasan Jakarta Pusat ini menjadi cukup mahal.

Evan Balaati merupakan salah satu pengunjung yang kecewa karenanya. Kepada Kompas.com, ia bercerita sempat mencoba memarkirkan kendaraannya di area parkir Blok A Pasar Tanah Abang.

"Waktu itu saya belanja sama istri naik motor. Waktu itu pikir saya dari pada parkir sembarangan, saya parkirkan saja motor saya di parkiran motor di samping Blok A," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (30/10/2017).

Pada saat memasuki palang pintu parkir, oleh petugas ia diminta membayar sebesar Rp 2.000. Ia kemudian meninggalkan kendaraannya di area parkir tersebut sekitar dua jam.

"Pas balik ke parkiran saya dibantu ngeluarin motor sama orang tapi enggak pakai rompi Dishub (Dinas Perhubungan). Dia malah penampilannya kayak preman. Terus minta saya bayar lagi Rp 2.000. Saya bilang aja udah bayar di awal, tapi tetep diminta katanya itu beda," kata dia.

Baca juga : Di Tanah Abang, Sekali Parkir Sepeda Motor Bayar Tiga Kali

Suasana di depan Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).Kompas.com/Sherly Puspita Suasana di depan Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (30/10/2017).

Saat sampai di palang pintu keluar, lanjutnya, petugas yang berada di pos parkir meminta karcis parkir Evan dan kembali meminta bayaran.

"Di pintu keluar itu saya dimintai lagi sekitar Rp 4.000. Saya kaget lah. Parkir motor aja kok sampai Rp 8.000. Padahal pikir saya kalau di tempat parkir resmi itu lebih murah. Ternyata enggak," sebutnya.

Ia mengatakan, sistem parkir semacam itu sangat merugikan pengunjung. "Aneh parkirnya. Kalau mau resmi ya enggak usah pakai preman. Ini kan sistemnya campur sama aja. Pemerintah harus bikin lebih jelas dong," tandasnya.

Sementara itu, pengunjung lain bernama Saputra juaga pernah mengalami hal yang sama. Hal ini membuatnya enggan menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju Pasar Tanah Abang.

Baca juga : Sandi: Penertiban PKL Tanah Abang Dilakukan Pekan Depan

"Memang parkir di sini aneh mbak, saya mending naik angkot kalau ke pasar. Ongkos parkirnya aneh, ditariknya juga berulang-ulang," sebutnya.

Hal yang sama dialami Kompas.com saat mencoba layanan parkir, Senin. Dengan pola pembayaran yang sama, biaya parkir selama 30 menit sebesar Rp 6.000.

Hingga berita ini diturunkan, Kompas.com masih mencoba menghubungi pihak terkait untuk memberikan keterangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Banjir Berbulan-bulan di Permukiman Depok, Pemkot Bakal Keruk Sampah yang Tersumbat

Megapolitan
Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper Terungkap, Korban Ternyata Minta Dinikahi

Megapolitan
Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Tak Cuma di Medsos, DJ East Blake Juga Sebar Video Mesum Mantan Kekasih ke Teman dan Keluarganya

Megapolitan
Heru Budi Usul Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Usul Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke yang Diduga Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Ketika Ketua RW di Kalideres Dituduh Gelapkan Dana Kebersihan lalu Dinonaktifkan Pihak Kelurahan...

Megapolitan
6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

6 Anggota Polres Metro Jaksel Dipecat, Sebagian karena Jadi Pengedar dan Pengguna Narkoba

Megapolitan
Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Dua Maling Gasar Motor di Tanjung Priok, Polisi Bergerak meski Korban Enggan Lapor

Megapolitan
Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Hal-hal yang Belum Terungkap di Kasus Brigadir RAT: Motif hingga Sosok Pengusaha yang Dikawal

Megapolitan
Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Rute Transjakarta 8N Kebayoran - Petamburan via Asia Afrika

Megapolitan
Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Ahok Beberkan Solusi Penanganan Macet Jakarta, Berharap Direalisasikan Gubernur DKI

Megapolitan
DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Terancam 12 Tahun Penjara akibat Sebar Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Pemprov DKI Jakarta Pertimbangkan Usul DPRD DKI soal Sekolah Gratis Negeri dan Swasta

Megapolitan
Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Komisi E DPRD DKI Desak Pemprov Wujudkan Sekolah Gratis Negeri dan Swasta, dari TK sampai SMA

Megapolitan
Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com