Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Jakarta Habiskan 22 Hari Setahun untuk Kemacetan

Kompas.com - 01/11/2017, 14:37 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Perusahaan transportasi berbasis aplikasi daring Uber merilis riset kemacetan di Jakarta, Rabu (1/11/2017). Menurut data dari hasil survei konsumen Uber terungkap kemacetan Jakarta memakan waktu 22 hari setahun bagi setiap pengendara, terutama mobil.

"Rata-rata pemilik mobil di Jakarta menghabiskan 68 menit terjebak macet dan 21 menit mencari tempat parkir setiap hari, setara 22 hari per tahun," kata John Colombo, Head of Public Policy and Government Affairs Uber Indonesia di Jakarta Pusat, Rabu siang.

Baca juga: Kehadiran Transportasi Daring Belum Dipastikan Bisa Mengurai Kemacetan

Angka itu tak berbeda jauh dengan rata-rata kemacetan kota lain di Asia yang rata-rata warganya setiap hari terjebak macet 52 menit dan menghabiskan 26 menit untuk mencari parkir atau setara 19 hari per tahun.

Kemacetan di jalur arah Kemang, Jakarta Selatan. Kamis (19/10/2017) malam.Sandro Gatra Kemacetan di jalur arah Kemang, Jakarta Selatan. Kamis (19/10/2017) malam.
Akibat kesulitan mencari tempat parkir, 72 persen warga di Asia dan 74 persen di Jakarta pernah melewatkan atau terlambat datang ke momen-momen penting, seperti pernikahan, kontrol kesehatan dengan dokter, wawancara kerja, acara kedukaan, dan konser musik.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang menghadiri rilis survei tersebut menyayangkan betapa banyak waktu yang terbuang sia-sia.

"Bayangkan, 22 hari itu sama dengan cuti dua tahun," kata Sandiaga.

Sandi merespon positif kampanye #UnlockJakarta yang digagas Uber. Kampanye itu mendorong aplikasi ridesharing (berbagi tumpangan) seperti Uber lebih banyak dimanfaatkan warga dengan harapan dapat berkontribusi mengurangi macet.

Baca juga: Anies: Proyek Underpass Mampang Menyebabkan Kemacetan Ekstrem

Analisa Uber menunjukkan, orang yang menggunakan transportasi online lebih mungkin beralih dari kendaraan pribadi dan mengombinasikan perjalanan pribadinya dengan transportasi massal, seperti bus dan kereta.

Sandiaga mengatakan, terobosan semacam itu bisa jadi solusi permanen kemacetan.

"Bayangkan 22 hari ini sangat berharga kalau kita bisa lakukan kegiatan dengan orang yang kita cintai. Hal itu menurut saya sangat krusial bagi kita untuk menghadirkan sebuah sistem transportasi massal sebagai solusi permanen," ujarnya.

Survei Uber dilakukan pada Juli hingga Agustus 2017 terhadap 9.000 responden, berumur 18 hingga 65 tahun di Singapura, Kuala Lumpur, Jakarta, Manila, Hongkong, Taiwan, Hanoi, Ho Chi Minh, dan Bangkok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com