Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalinya Tawuran Mematikan Gangster Sekolah Setelah Dibubarkan Ahok

Kompas.com - 09/11/2017, 11:11 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Meski tak bersekolah lagi di SMAN 46, Indra nyatanya memang masih dikenal sebagai anak "Texas", sebutan bagi SMAN 46. Subki mengakui SMAN 46 memang dikenal karena ulah siswanya. Seperti pada Oktober 2013, puluhan siswanya dikeluarkan setelah membajak Metromini S610 untuk tawuran.

Setahun setelahnya, pada November 2014, Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, menginstruksikan Dinas Pendidikan agar membubarkan dan melarang gangster ada di sekolah Jakarta. Dua di antara 15 geng yang pertama dibubarkan adalah Texas (SMAN 46) dan Reduskra (SMAN 29).

Selang setahun lagi, Ahok menerbitkan Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanganan Bullying serta Kekerasan di Lingkungan Sekolah.

Baca juga: SMAN 46 dan SMAN 29 Akan Keluarkan Siswa yang Terlibat Tawuran

Dalam instruksi gubernur itu, siswa yang terlibat kekerasan, baik pada jam sekolah maupun di luar jam sekolah, tidak diperkenankan melanjutkan pendidikan gratis di sekolah negeri di Jakarta.

Perkara geng yang telah dibubarkan Ahok, Subki mengatakan, sejak di bangku kelas 1 SMA, pihaknya sudah memantau siapa-siapa saja yang bermasalah atau menjadi leader di kelompoknya. Sayangnya, sulit sekali menembus geng-geng yang mengatasnamakan sekolah ini.

"Mereka solidaritasnya kuat sekali. Kami panggil satu-satu tidak pernah ada yang mau mengaku sehingga susah kalau mau menindak," ujar Subki.

Spanduk stop tawuran terpampang di SMA 70 Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2012). Para siswa SMAN 70 Jakarta melakukan aksi tabur bunga dan meletakan karangan bunga di Bundaran Bulungan. Acara ini juga bertujuan untuk perdamaian konflik antara SMA 6 dengan SMA 70 yang sudah berlangsung lama. KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTOANDREAN KRISTIANTO Spanduk stop tawuran terpampang di SMA 70 Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (1/10/2012). Para siswa SMAN 70 Jakarta melakukan aksi tabur bunga dan meletakan karangan bunga di Bundaran Bulungan. Acara ini juga bertujuan untuk perdamaian konflik antara SMA 6 dengan SMA 70 yang sudah berlangsung lama. KOMPAS IMAGES/ANDREAN KRISTIANTO
Sanksi tegas ini bukan hanya untuk mencabut mereka yang bermasalah dari sistem, melainkan juga menjaga mereka yang baik agar tidak terpengaruh.

Menurut Subki yang sering menangani siswa-siswa SMAN 46 yang bermasalah, sanksi tegas ini seharusnya cukup untuk mencegah aksi kekerasan terjadi lagi. Jika sudah dikeluarkan dari SMA negeri Jakarta karena bermasalah, susah mencari tempat lagi di SMA negeri.

Baca juga: Ditanya Anies soal Kekerasan di Sekolah, Ahok Ceritakan Guru Adiknya

"Contoh buruk sudah ada, sosialisasi sudah kami lakukan. Hampir setiap minggu mengundang pihak kepolisian yang menyampaikan kalau tawuran ada yang meninggal, itu kenanya pembunuhan berencana," ujar Subki.

Sayangnya, masih ada sebagian kecil siswa yang tak acuh pada konsekuensi ini. Mereka tawuran tak lagi di sekolah dan dilakukan pada malam hari. Padahal, jumlah siswa bermasalah ini tak sampai belasan di antara hampir 1.000 siswa. Namun, sebagian besar energi sekolah habis untuk mengurus siswa bermasalah ini.

Fitra Ramadhani alias Doyok saat pelaksanaan sidang pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (27/5/2013). Doyok adalah siswa SMA 70 yang divonis 7 tahun penjara karena terbukti secara sah dan meyakinkan mengakibatkan tewasnya siswa SMA 6, Alawy Yusianto Putra dalam tawuran pelajar dari kedua sekolah pada 24 September 2012Alsadad Rudi Fitra Ramadhani alias Doyok saat pelaksanaan sidang pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Senin (27/5/2013). Doyok adalah siswa SMA 70 yang divonis 7 tahun penjara karena terbukti secara sah dan meyakinkan mengakibatkan tewasnya siswa SMA 6, Alawy Yusianto Putra dalam tawuran pelajar dari kedua sekolah pada 24 September 2012

Selain kesulitan menyadarkan siswa, Subki juga mengatakan kesulitan ada pada orangtua bahwa orangtua juga mengemban tanggung jawab mengawasi anak setelah jam belajar habis. Subki menyayangkan banyak orangtua tak bisa melarang anaknya keluar malam, bahkan dini hari.

"Begitu anaknya kena masalah, tidak terima anaknya dikeluarkan, langsung mengadu ke sana-sini," ujar Subki.

Baca juga: Ahok: Siswa Terbukti Tawuran, Pecat atau Turun Kelas

Subki mengatakan, pihaknya tak akan berusaha melindungi siswa-siswanya yang diduga terlibat tawuran. Menurut dia, tindakan ini sudah termasuk kriminal murni dan pantas ditindak tegas kepolisian.

Kompas TV Dinas Pendidikan akan menindaklanjuti dengan memanggil seluruh kepala sekolah di Kota Sukabumi untuk diberikan masukan terkait peristiwa ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com