Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Vaksinasi Difteri dan Racun Bakteri yang Mematikan

Kompas.com - 18/12/2017, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

The Canadian of Infectious Disease yang diterbitkan tahun 1995 menyimpulkan demikian.

Lalu apa yang menyebabkan difteri menjadi begitu berbahaya?

Bakteri difteri adalah satu dari sejumlah bakteri yang bisa mengeluarkan toksin alias racun. Celakanya, racun dari bakteri difteri ini menyerang bagian paling vital manusia yaitu jantung, dalam hitungan hari!

Racun mematikan

Racun bakteri ini menyerang jantung dan menyebabkan radang jantung yang berakhir dengan gagal jantung atau jantung tak berfungsi sebagai mana mestinya.

Racun bakteri yang menyebabkan gagal jantung inilah yang menyebabkan difteri menjadi penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian hanya dalam beberapa hari.

Keluarga korban

Perjalanan saya menemui keluarga dari korban penyakit difteri akhirnya kesampaian. Lokasinya di Kabupaten Tangerang, Banten, tidak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten.

Saya bertemu keluarga Ruztam Fariz, bocah kelas 1 SD yang baru tiga bulan bersekolah. Faiz, begitu ia dipanggil, meninggal dunia setelah dua minggu dinyatakan terkena infeksi diteri.

Faiz mengalami sesak nafas dan gagal jantung sebelum wafat di hari ke-12 dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, Banten.

Tidak terlalu banyak pertanyaan yang bisa dijawab oleh sang Ibu karena ia teringat anaknya. Ibunda Faiz terus terisak, menangis.

Tetapi yang jelas, ibu Faiz teringat bahwa anaknya memang belum pernah sama sekali mendapatkan vaksinasi difteri.

Ibu Faiz bukanlah bagian dari kelompok yang menolak vaksinasi. Ibu Faiz hanya tidak disiplin dalam mengingatkan dan memberikan vaksinasi kepada anaknya.

Ia mengakui dan menyesalinya.

2 dari 3 korban belum divaksinasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com