Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Vaksinasi Difteri dan Racun Bakteri yang Mematikan

Kompas.com - 18/12/2017, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto


Tayangan ini bisa dilihat lengkap secara ekslusif di Program AIMAN KompasTV malam ini, Senin (18/12/2017), pukul 20.00 wib.

---------------

Sebegitu parahkah akibat tidak vaksinasi? Bukankah tidak ada jaminan setelah vaksinasi tidak terjangkit penyakit mematikan yang kini menyebar tiba-tiba dan masif?

Saya memiliki keingintahuan soal ini. Saya tergerak untuk melakukan peliputan soal ini.

Cukup sulit untuk mengetahui dimana korban dari penyakit difteri ini berada. Kami coba datang ke rumah sakit.

Keluarga pasien berada di ruang isolasi dan tidak mau memberikan informasi terkait ini.

Begitu pula dengan pihak rumah sakit.

Kondisi yang sama juga saya temukan saat saya mencoba mencari informasi dari dinas kesehatan.

Di manakah daerah yang warganya terkena infeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae penyebab penyakit Difteri yang sungguh mematikan?

Penyakit mematikan

Sungguh mematikan? Iya, sungguh  mematikan!

Saya mencoba bertanya ke Pimpinan Rumah Sakit Umum (RSU) Kabupaten Tangerang, Dr Shirley Ivonne.

Bakteri difteri ini masuk melalui droplet alias partikel air kecil-kecil yang dikeluarkan saat manusia bersin atau batuk. Nah penularan terjadi dari sini.

Apakah harus menunggu bersin atau batuk? jawabannya, tidak!

Karena setelah bersin atau batuk, partikel air ini bisa menempel di mana saja seperti di gagang pintu, tiang, atau dinding di tempat umum dan bertahan selama 14 minggu bercampur dengan debu di sekitarnya. 

The Canadian of Infectious Disease yang diterbitkan tahun 1995 menyimpulkan demikian.

Lalu apa yang menyebabkan difteri menjadi begitu berbahaya?

Bakteri difteri adalah satu dari sejumlah bakteri yang bisa mengeluarkan toksin alias racun. Celakanya, racun dari bakteri difteri ini menyerang bagian paling vital manusia yaitu jantung, dalam hitungan hari!

Racun mematikan

Racun bakteri ini menyerang jantung dan menyebabkan radang jantung yang berakhir dengan gagal jantung atau jantung tak berfungsi sebagai mana mestinya.

Racun bakteri yang menyebabkan gagal jantung inilah yang menyebabkan difteri menjadi penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian hanya dalam beberapa hari.

Keluarga korban

Perjalanan saya menemui keluarga dari korban penyakit difteri akhirnya kesampaian. Lokasinya di Kabupaten Tangerang, Banten, tidak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten.

Saya bertemu keluarga Ruztam Fariz, bocah kelas 1 SD yang baru tiga bulan bersekolah. Faiz, begitu ia dipanggil, meninggal dunia setelah dua minggu dinyatakan terkena infeksi diteri.

Faiz mengalami sesak nafas dan gagal jantung sebelum wafat di hari ke-12 dirawat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang, Banten.

Tidak terlalu banyak pertanyaan yang bisa dijawab oleh sang Ibu karena ia teringat anaknya. Ibunda Faiz terus terisak, menangis.

Tetapi yang jelas, ibu Faiz teringat bahwa anaknya memang belum pernah sama sekali mendapatkan vaksinasi difteri.

Ibu Faiz bukanlah bagian dari kelompok yang menolak vaksinasi. Ibu Faiz hanya tidak disiplin dalam mengingatkan dan memberikan vaksinasi kepada anaknya.

Ia mengakui dan menyesalinya.

2 dari 3 korban belum divaksinasi

Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan, mayoritas alias 2 dari 3 orang penderita difteri belum pernah mendapatkan vaksinasi.

Tapi, mereka yang terkena difteri ternyata juga mereka yang pernah mendapat vaksinasi. Bagaimana bisa terjadi?

Dr Shirley menjelaskan, vaksinasi memperkecil potensi. Di sekitar kita ada banyak sekali beragam bakteri. Daya tahan tubuh amat menentukan apakah bakteri bisa menembus pertahanan tubuh kita atau tidak. Vaksinasi membantu pertahanan tubuh melawan bakteri.

Saya Aiman Witjaksono,

Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap Groundbreaking MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com