Satpel Pembinaan Panti Tarmizi mengatakan, sebagian besar warga binaan mengalami gangguan kejiwaan. Mereka tidak nyambung saat diajak berbicara dan suka mencari perhatian.
Baca juga: Panti Sosial di Jakarta Kelebihan Kapasitas
"Rata-rata ya begitu. Kadang awalnya nyambung saat diajak mengobrol, ke belakangnya mulai ngelantur," kata Tarmizi.
Dalam ruangan tersebut terlihat pula warga binaan yang mengaji, bernyanyi, mondar-mandir dan memainkan objek apa pun di sekitarnya.
Pembinaan
Berbeda dengan warga binaan laki-laki yang terletak di lantai 1, warga binaan perempuan berada di lantai 2.
Tak banyak aktivitas seperti di tempat laki-laki.
Ruangan perempuan berbentuk lorong panjang yang terbagi atas beberapa blok berbatas jeruji besi.
Baca juga: Konsumsi Penghuni Panti Sosial Rp 18.000 Sehari Dinilai Tak Manusiawi
Mereka menyebar di dalam dan luar ruangan untuk berkumpul. Terlihat lima orang di antara mereka mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan pernak-pernik.
"Ini kami sedang bikin mute. Hasilnya enggak dijual, kayak pot kembang atau hiasan, kami jadikan pajangan," kata seorang instruktur keterampilan.
Baca juga: Warga Lansia Tak Mampu Bayar Rusun Akan Dipindahkan ke Panti Sosial
Ada yang menyiapkan lauk lele goreng, sambal ati, sayur, dan ada pula yang mencuri piring.
Dalam kegiatan dapur, para karyawan juga dibantu warga binaan. Namun, tidak semuanya bisa dilibatkan.
"Paling satu (atau) dua orang yang bisa diajak komunikasi dengan baik dan tingkah lakunya enggak macam-macam," kata Tarmizi.
Makanan yang disediakan di panti tidak sembarangan.
Baca juga: Pengasuh Anak yang Buang Bayinya Ditempatkan di Panti Sosial Handayani
Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya menyiapkan berbagai kegiatan untuk warga binaan yang ditampung sementara.
Kegiatan dijadwalkan setiap Senin-Jumat seperti bimbingan hukum dari kepolisian setempat, keterampilan (pembuatan mute, aksesoris, serta pot bunga), psikologi (bersama tenaga ahli psikolog), sosial, dan olahraga bersama.