"Akhirnya saya menerima, saya dinasihati sama orang kalau (anak) itu titipan Allah, jangan disia-siakan," ujar Sulastri dengan mata berkaca-kaca.
Merawat Fahri
Saat masih di dalam kandungan, Fahri terkena sebuah virus yang membuat perkembangan tubuh dan kepalanya menjadi tidak seimbang.
Kondisinya tidak jauh berubah ketia setelah lahir hingga kini. Fahri hanya bisa tertidur di sebuah ayunan yang terbuat dari kain jarik dan dipasang di tiang.
Fahri tak bisa berbicara atau berinteraksi.
Reaksi yang biasa dilakukan adalah tersenyum ketika merasa senang. Mata yang terbuka menandakan Fahri masih ingin ditemani sang Ibunda.
Warna kulit Fahri sangat cerah karena jarang keluar rumah. Ia hanya keluar rumah untuk mandi karena tak ada kamar mandi di dalam selter.
Baca juga: Di Panama Ditemukan Bayi dengan Mikrosefalus Diduga Terjangkit Zika
Badan fahri dibersihkan di dalam sebuah bak air yang berada tak jauh dari rumah.
Tinggi Fahri terus bertambah, tetapi tubuhnya terlihat kurus. Usia Fahri kini 9 tahun, tetapi berat badannya hanya 10 kilogram.
Setiap harinya, Fahri diberi makan bubur dan susu.
Sulastri pernah memberi makan Fahri nasi, tetapi makanan jenis itu tak bisa ditelan.
Baca juga: Anies: Kampung Akuarium Sudah Dibongkar, Kami Mau Bangun dari Puing-puing
Hal itu pula yang membuat Sulastri merasa sedih ketika melihat anak lain dapat makan enak, sementara anaknya hanya bisa makan bubur selama 9 tahun.
Sulastri berceletuk ingin membeli sebuah blender untuk membuatkan Fahri jus buah. Namun, keinginan itu belum tercapai karena tidak memiliki uang.
"Saya pernah coba memberi nasi, tetapi dimuntahin keluar semua. Jadi saya kasih bubur saja. Pengin bikin jus, tetapi saya enggak punya blendernya, buah-buahan, kan, ada vitaminnya, ya," ujarnya.
Keterbatasan biaya