Selama 9 tahun, Sulastri bergonta-ganti rumah sakit, tempat Fahri berobat. Belasan juta rupiah telah dikeluarkan untuk pengobatan sang buah hati.
Belum lagi pekerjaan Dedek, suami Sulastri, hanya seorang sopir bajaj.
Setiap hari, Dedek harus bekerja dan menyetorkan sejumlah uang kepada pemilik bajaj.
Dalam sehari, Dedek membawa uang Rp 50.000.
Uang itu dirasa tidak cukup. Biaya sehari-hari Fahri, seperti membeli bubur, pampers, bedak, minyak kayu putih, bisa mencapai Rp 250.000 setiap pekan.
Baca juga: Melihat Kondisi di Dalam Tenda Warga Kampung Akuarium
Meski terlihat kecil bagi sebagian orang, uang tersebut terasa sangat besar bagi Sulastri dan Dedek.
Beruntung, pengobatan Fahri di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditanggung BPJS Kesehatan.
Hal tersebut melegakan Sulastri dan Dedek.
Seluruh pengobatan, kata Sulastri, memiliki dampak positif bagi Fahri. Dahulu, Fahri yang sering kejang-kejang, kini sudah mulai stabil.
Baca juga: Sandiaga Sebut Pembangunan Shelter agar Warga Kampung Akuarium Hidup Layak
"Bisa kejang-kejang 10-20 kali sehari, tetapi sekarang sudah tidak lagi," ujarnya.
Sulastri dan Dedek berkomitmen memberikan Fahri fasilitas dan perawatan terbaik, seperti baju baru yang juga dipakai anak-anak lainnya.
Sulastri mengatakan, Fahri selalu tersenyum ketika dipakaikan baju baru.
"Pakaian bagus, sekarang saya belikan. Mungkin dia enggak bisa ngomong, tetapi dia tersenyum waktu saya membelikan baju baru. Saya enggak mau apa-apa, cuma berharap Tuhan kasih umur panjang ke saya biar bisa terus merawat Fahri," ujar Sulastri sambil tersenyum.