Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Surabaya Black Hat", Geng Mahasiswa IT Penjahat "Cyber" di 40 Negara

Kompas.com - 15/03/2018, 09:28 WIB
Sherly Puspita,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Namanya Surabaya Black Hat (SBH), kelompok peretas sistem komputer yang mayoritas anggotanya merupakan mahasiswa IT dengan usia sekitar 21 tahun.

Tak menggunakan ilmunya secara positif, kelompok ini justru telah meretas sekitar 3000 sistem komputer di 40 negara termasuk Amerika Serikat.

"Yang terdata dan cukup mengagetkan adalah kelompok ini meretas sistem situs dan database milik pemerintah Los Angeles," ujar Kasubdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu saat dihubungi, Rabu (14/3/2018).

Baca juga : Hacker yang Retas 600 Situs di 40 Negara Ternyata Mahasiswa IT Jaringan Surabaya Black Hat

Roberto mengatakan, kelompok ini juga telah meretas sistem situs empat perusahaan nasional di Jakarta.

Tak hanya itu, Kanit IV Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Kompol Fian Yunus mengatakan, peretasan terhadap situs instansi di Jawa Timur dilakukan oleh salah satu pelaku berinisal KPS.

Baca juga : FBI di Balik Terbongkarnya Jaringan Hacker Surabaya Black Hat

Terdapat sedikitnya empat situs instansi di Jawa Timur yang berhasil diretas. Keempat situs tersebut antara lain gresikkab.go.id, malangkab.go.id, jatimprov.go.id, dan pa-kotamadiun.go.id.

Rilis kasus peretasan website oleh kelompok Surabaya Black Hat di Mapolda Metro Jaya, Selasa (13/3/2018).Kompas.com/Sherly Puspita Rilis kasus peretasan website oleh kelompok Surabaya Black Hat di Mapolda Metro Jaya, Selasa (13/3/2018).

Pada situs yang telah diretas, pelaku menuliskan keprihatinannya terhadap moral bangsa yang dinilai semakin terpuruk.

INDONESIA DARURAT MORAL. KRISIS MORAL YANG TERJADI SAAT INI AKAN SEMAKIN BERAT JIKA TIDAK MENDAPATKAN PERHATIAN SERIUS DARI SEMUA UNSUR BANGSA," tulis hacker dalam situs tersebut.

Baca juga : Surabaya Black Hat Diduga Hacker Bayaran

Dalam sekali meretas kelompok ini meminta tebusan sekitar Rp 15 juta hingga Rp 25 juta yang dibayarkan melalui PayPal atau Bitcoin. Dalam setahun setiap anggota SBH dapat mengantongi uang Rp 200 juta.

Berdasarkan keterangan para pelaku, aksi peretasan yang mereka lakukan biasanya dipesan terlebih dahulu.

"Hacking yang mereka lakukan motifnya uang, asalkan ada yang bayar," sebut Fian.

FBI di balik terungkapnya SBH

Sejauh ini polisi telah menangkap tiga anggota SBH dari total 6 orang pelaku yang diincar. Penangkapan tiga pelaku peretasan kelompok "Surabaya Black Hat" berinisial NA, ATP dan KPS bermula dari informasi Internet Crime Complaint Center (IC3).

IC3 merupakan badan investigasi utama dari Departemen Keadilan Amerika Serikat (DOJ), Federal Bureau of Investigation (FBI).

"Jadi begini, itu ada lembaga namanya IC3, seluruh data kejahatan dunia terkumpul di mereka. Nah, dari mereka itulah ditemukan lebih dari 3000 korban yang diretas. Informasi itu dari FBI karena kerja samanya, kan, police per police," kata Roberto, Rabu lalu.

Baca juga : Surabaya Black Hat Hanya Butuh 5 Menit untuk Lakukan Peretasan

Pihaknya menerima informasi tersebut dari FBI pada Januari 2018.

"Kemudian kami analisa lebih kurang dua bulan kami temukan lokasi kelompok itu di Surabaya dan para tersangka utamanya ada 6 orang," tuturnya.

Kepada polisi, KPS mengaku sebagai pendiri "Surabaya Black Hat" yang telah meretas lebih kurang 600 situs di dalam dan luar Indonesia.

Hingga saat ini polisi masih mengejar 3 penjahat cyber kelompok SBH lainnya.

Kompas TV Data yang dibobol adalah data para pekerja di Amerika Serikat yang menjadi nasabah kredit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com