JAKARTA, KOMPAS.com - Abdul Mubarok (40) terlihat sigap menjejakkan langkahnya di antara lautan sampah yang menumpuk di Muara Angke, Jakarta Utara.
Anggota Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu itu tidak takut dirinya akan terjerembab ke dalam air laut yang berada di bawah tumpukan sampah tersebut.
"Sudah terbiasa, namanya juga kewajiban pekerja sisi pantai. Asal hati-hati," ujar Abdul saat ditemui di Ecomarine, Muara Angke, Jakarta Utara, Minggu (18/3/2018).
Baca juga: Pembersihan Lautan Sampah di Muara Angke Butuh Waktu Seminggu
Bekerja membersihkan sampah membuatnya terbiasa terkena benda tajam, seperti paku atau kaca.
Hanya satu yang membuatnya takut saat membersihkan sampah di pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu adalah ketika bertemu binatang menggigit.
Anggota yang bergabung dalam Pasukan Pesisir sejak 2014 ini menilai tumpukan sampah di Muara Angke tidak mengejutkan, sebab sampah berasal dari pasang air laut.
Baca juga: Anies Minta Jaring Penyaring Sampah ke Menteri Susi
Dia mengatakan, sampah-sampah ini mudah dibersihkan dengan bantuan alat berat.
Sayangnya, alat berat sulit masuk ke lokasi dan membuat petugas membersihkan sampah dengan tangan kosong.
Hidup dari sampah
Abdul ternyata bukan orang baru di urusan sampah.
Keluarganya juga bekerja mengelola sampah Jakarta sejak lama.
"Saya sudah ikut Bapak bekerja urus sampah di darat sejak 1994. Saat ini, selain saya, ada kakak, keponakan, dan adik ipar yang ikut mengurus sampah di Jakarta," ucap Abdul.
Baca juga: 400 Petugas Dikerahkan untuk Bersihkan Lautan Sampah di Muara Angke
Bergelut dengan sampah bukan berarti terbebas dari ancaman penyakit.
Pernah suatu ketika dirinya batuk darah dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Mungkin karena banyak kerja di sampah terus berdarah. Untung untuk perawatan saya diperhatikan kantor," ujarnya.
Baca juga: Hutan Mangrove Ecomarine, Berdiri di Bekas Lahan Penuh Sampah di Muara Angke