JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki 2018, video pengendara sepeda motor beramai-ramai memasuki jalur bus transjakarta atau busway masih menghiasi lini masa dan media sosial kita.
Hampir dua tahun lalu, tepatnya Juni 2016, sterilisasi busway diperkuat oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Saat itu, Ahok menggandeng polisi untuk menilang pengendara yang memasuki jalur busway dengan denda tertinggi yakni Rp 500.000.
Aturan ini membuat para pengendara sepeda motor berpikir dua kali ketika akan menerobos busway. Setelah dua tahun berlalu dan Jakarta berganti pemimpin, bagaimana realisasi aturan ini?
"Kalau saya lihat, sudah semakin baik kalau dilihat," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Selasa (20/3/2018) malam.
Baca juga : Berusaha Melarikan Diri, Penerobos Busway Ternyata Bawa Ganja
Sandiaga yang juga pernah menerobos busway itu tidak menjabarkan penilaiannya ini. Namun, ia mengungkap pertemuannya beberapa waktu lalu dengan investor dari Inggris yang berminat menerbitkan green bond bagi PT Transjakarta.
Kata Sandiaga, salah satu persyaratan jika PT Transjakarta ingin mendapat suntikan investasi yakni harus mampu mensterilkan jalurnya.
"Saya tanya kalau menurut pandangan atau klasifikasi secara internasional selama 2-3 hari dia lagi ada di Jakarta dan memantau itu apakah ini masuk kualifikasi dari jalur yang steril, dan menurut investor tersebut masuk," ujar Sandiaga.
Pengakuan yang berbeda disampaikan Direktur Operasional PT Transjakarta Daud Joseph. Ia mengatakan, jalur yang belum steril ini menghambat ketepatan waktu kedatangan bus.
"Headway (jarak antarbus) itu sangat berpengaruh karena sterilisasi jalur. (Karena jalur tidak steril) headway itu tidak tercapai," kata Daud.
Daud mengatakan, pihaknya pernah berupaya memasang palang otomatis berteknologi "radio-frequency identification". Namun, alat itu ternyata tak bisa bekerja maksimal dan cenderung menyusahkan.
"Waktu coba sensitivitas masih sangat rendah jadi busnya udah datang, maju, mundur enggak kebuka. Padahal otomatis itu membantu, kita tidak perlu ada manusia (menjaga palang)," kata dia.
Baca juga : Sandiaga Usul Karyawan Kontrak Transjakarta Dilatih Jadi Teknisi
Joseph mengatakan, otomatisasi ini tetap jadi target pihaknya. Namun, untuk sementara ini, ia berharap kesadaran dari masyarakat untuk tertib lalu lintas.
"Kami perlu kerja sama dengan kepolisian karena yang boleh ambil tindakan itu polisi. Nah namun kita harus sadari bersama, sehebat-hebatnya orang menjaga (palang), tentu bolongnya ada," kata Joseph.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com dalam sebulan terakhir, di Koridor 1 Blok M-Kota yang merupakan koridor tertua, pelanggaran masih ditemui.
Mobil dan motor bisa dengan mudahnya mengambil jalur transjakarta di sepanjang Jalan Sisingamangaraja, dekat Halte Karet, dan memasuki Jalan MH Thamrin dari arah Sudirman.
Hal serupa terjadi di Koridor 9 Pluit-Pinang Ranti. Jalur busway kerap tersendat karena terpotong arus kendaraan yang keluar dan masuk tol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.