Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita CW yang Berupaya Kembalikan 5 Anak Adopsi ke Orangtua Masing-masing

Kompas.com - 23/03/2018, 20:17 WIB
David Oliver Purba,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chandri Widharta (CW) mengaku mengadopsi lima anak dari orangtua yang berbeda-beda karena alasan kemanusiaan. 

Ia mengatakan, lima anak adopsinya berasal dari keluarga kurang mampu.

Bahkan, ada orangtua salah satu anak yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK).

Baca juga: Pekan Depan, Polisi Periksa 2 Saksi Terkait Kasus CW

"Saya bisa panggil semuanya (orangtua anak). Cuma satu (orangtua anak adopsi) yang ibunya sudah meninggal dan sudah diakui meninggal karena HIV," ujar Chandri di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Kamis (22/3/2018).

Chandri mengatakan, ia pernah mencoba mengembalikan anak-anak tersebut ke orangtua masing-masing setelah mereka berumur belasan tahun. 

Namun, lanjutnya, para orangtua menolak dengan berbagai alasan.

Baca juga: CW Sebut Bayar Menginap di Hotel Selama 10 Tahun dengan Voucher Pemberian

Ada yang merasa tidak mampu merawat karena keterbatasan ekonomi, ada juga yang tidak mau lagi merawat anak kandung mereka. 

"Saya sudah berusaha mengembalikan mereka (kepada orangtua masing-masing). Saya bilang ke ibu nya R, 'Dik, ini anakmu, Oma sudah tua", tetapi dia bilang, 'Enggak bisa Tante, saya sudah menikah (dengan orang lain)'," ujar Chandri. 

Chandri dan lima anak adopsinya tinggal di hotel-hotel mewah di Jakarta selama 10 tahun terakhir.

Baca juga: CW: Kalau Tuduhan Tidak Benar, Apa Sanksinya untuk yang Fitnah Saya

Kasus dugaan penganiayaan ini bermula ketika F, salah satu anak adopsi Chandri, mengatakan kepada polisi bahwa dia dan saudaranya, E, diperlakukan berbeda dari tiga saudaranya yang lain karena mengidap penyakit kronis.

Meski demikian, keluarga dan pengacara Chandri membantah perempuan berusia 64 tahun itu telah berlaku diskriminatif terhadap dua dari lima anak adopsinya.


Kompas TV Adopsi dalam Islam - Cerita Hati
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com