Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaca Loket Stasiun Depok Retak akibat Penumpang Dorong-dorongan Mengantre Tiket Kertas

Kompas.com - 23/07/2018, 15:19 WIB
Cynthia Lova,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kaca loket Stasiun Depok terlihat retak dan ditutupi lakban hitam karena ramainya penumpang KRL commuter line yang mengantre membeli tiket kertas, Senin (23/7/2018) pagi.

Meski kaca retak, pelayanan di loket tetap berjalan normal.

Terlihat hingga pukul 14.12, bekas retak pada kaca loket ditutup lakban hitam.

Baca juga: Bukan dari Petugas, Calo di Stasiun Depok Mengaku Dapat 50 Tiket KRL dengan Cara Ini

Supri (34) pengemudi ojek depan Stasiun Depok mengatakan, kaca retak terjadi karena saling dorong dalam antrean penumpang. 

"Iya, retaknya tadi pagi. Penumpang, kan, penuh banget sampai saya mau ngambil penumpang juga susah itu sekitar pukul 05.30 lah. Saya videoin kok pas retaknya," ucap Supri di Stasiun Depok, Senin. 

Ia mengatakan, antrean penumpang lantaran sistem e-ticketing masih dalam perbaikan. Banyak penumpang yang terburu-buru dan dorong-dorongan untuk membeli tiket kertas.

Baca juga: Harus Beli Tiket Kertas, Antrean Pengguna KRL di Stasiun Depok Sampai Parkiran 

"Tadi pagi parah sih, lewat saja saya tidak bisa semua tertutup sama antrean, serba mau cepat juga, kan, penumpangnya ya namanya juga pada takut telat. Dorong-dorongan (kacanya) retak deh," ujarnya.

Adapun retakan di kaca loket Stasiun Depok itu panjangnya sekitar 50 sentimeter dan membentang membentuk huruf setengah x .

Terlihat juga bekas retakan dekat lubang yang digunakan untuk transaksi tiket.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com