Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fase-fase Mengungkap Identitas Korban Lion Air JT 610

Kompas.com - 09/11/2018, 08:43 WIB
Ryana Aryadita Umasugi,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk mengidentifikasi korban pesawat Lion Air JT 610 registrasi PK LQP, diperlukan beberapa fase yang cukup panjang.

Vice Commander Disaster Victim Identification (DVI) Polri Triawan Marsudi menjelaskan ada empat fase atau prosedur yang dipakai mengacu pada kepada standar buku interpol DVI Guideline untuk bisa mengungkap identitas para korban.

Fase pertama yakni olah tempat kejadian perkara (TKP), fase kedua postmortem, ketiga antemortem, serta fase terakhir yakni rekonsiliasi.

Baca juga: Daftar 71 Korban Lion Air JT 610 yang Telah Teridentifikasi

"Untuk kasus Lion Air ini fase pertama adalah TKP di mana, di laut. Yang main siapa? Basarnas sebagai tim evakuasi. Ideal kalau di satu tempat olah TKP itu harus ada tanda pakai nomor dan sebagainya," kata Triawan, di RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Setelah dari laut, jenazah akan dibawa dan diberi label oleh tim yang siaga di darat.

Triawan mengatakan, olah TKP berperan penting untuk menentukan kecepatan dan kemudahan keberhasilan dalam mengidentifikasi korban.

"Sehingga membuat tim identifikasi di postmortem maupun di tim rekonsiliasi itu akan lebih mudah menyatakan bahwa match-nya dinyatakan sebagai individu itu lebih mudah," jelasnya.

Setelah dari TKP, jenazah memasuki fase kedua di postmortem.

Baca juga: Keluarga Korban Lion Air Diimbau Waspadai Oknum yang Mengatasnamakan DVI

Pada fase postmortem terdapat tim patologi yang memeriksa jenazah untuk mengetahui penyebab kematian, tim odontologi yang memeriksa gigi korban, tim DNA yang memeriksa DNA keluarga korban, dan tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) untuk memeriksa sidik jari korban.

"Kalo yang datang dalam kondisi body part di postmortem dilihat apa yang ada. Data-data setelah yang bersangkutan meninggal itulah yang namanya data postmortem," lanjut Triawan.

Ketiga adalah fase antemortem yang menangani dan menerima data dari keluarga korban seperti identitas, data diri, jenis kelamin, properti korban, dan sebagainya.

"Proses DVI itu proses pencocokkan, ada parameter atau ukuran yang dipakai yaitu identifier primer dan sekunder," tambahnya.

Ia menjelaskan, identifier primer merupakan identifier yang tingkat keyakinan ataupun tingkat absolutnya paling tinggi. Misalnya sidik jari, gigi-gerigi, dan DNA.

Baca juga: 5 Fakta Pencarian Korban Lion Air JT 610, Dua Jasad Bayi hingga Serpihan Kokpit Diangkat

Sidik jari bisa didapat dari dokumen dan data korban seperti KTP, ijazah, dan dokumen lain.

Untuk gigi, didapat dari data catatan gigi korban semasa hidup, misalnya berobat ke dokter gigi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com