Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Sekitar TPA Burangkeng Bekasi Minta Penataan Lingkungan hingga Uang Bau

Kompas.com - 14/02/2019, 16:26 WIB
Dean Pahrevi,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Warga Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng menuntut adanya perhatian Pemerintah Kabupaten Bekasi.

Sejumlah warga Desa Burangkeng sebelumnya memblokir akses jalan masuk TPA Burangkeng, Rabu (13/2/2019).

Akibatnya, sebanyak 125 truk sampah tidak bisa masuk TPA.

Kini, truk-truk sampah tersebut sudah bisa masuk TPA usai adanya negosiasi antara warga dengan Pemkab Bekasi.

Baca juga: Sampah Menggunung Setinggi 20 Meter, TPA Burangkeng Bekasi Overload

Salah satu warga, Aep mengatakan, pihaknya meminta Pemkab Bekasi menata lingkungan di wilayah sekitar TPA. 

"Itu masalah perapihan di sekitar TPA. Perapihan jalan, saluran air, terus sumur aktesis, PJU (penerangan jalan umum), itu karena kebetulan jalan lingkungan," kata Aep saat ditemui di rumahnya, di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (14/2/2019).

Selama ini, lanjut dia, warga sudah berulang kali menyurati Pemkab Bekasi terkait penataan lingkungan dan kesejahteraan warga Desa Burangkeng yang terdampak bau sampah.

Baca juga: Kabupaten Bekasi Kekurang Truk Sampah, Sampah-sampah Tak Terangkut

Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Desa Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/2/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Desa Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/2/2019).
"Belum ada jawaban dari dinas. Saya minta ke dinas kebersihan, dinas lingkungan hidup, bina marga, bappeda, dinas sosial terus belum ada jawaban. Tembusan-tembusan ke bupati juga sudah, tetapi belum ada jawaban," ujarnya. 

Oleh karena itu, ia bersama warga lainnya melakukan aksi pemblokiran truk sampah. 

Senada dengan Aep, warga lainnya, Abi mengaku berharap penataan lingkungan yang baik di permukiman warga.

Baca juga: Pembangkit Listrik TPST Bantargebang Bisa Olah 100 Ton Sampah Per Hari

"Ya, kita mah setiap hari cium baunya, di sini enggak ada saluran yang bagus jadi air-air sampah dari truk itu mengalir ke rumah warga. Air di sini saja berminyak, kami enggak pakai," ujar Abi.

Warga lainnya, Een mengatakan, pihaknya tidak pernah menerima kompensasi atau uang bau dari pemerintah setempat. 

Dia berharap warga terdampak mendapatkan uang bau. 

Baca juga: Minimalisir Sampah Plastik, PPSU Pulau Tidung Buat Ecobrick dari Botol Bekas

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Desa Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/2/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng, Desa Burangkeng, Setu, Kabupaten Bekasi, Kamis (14/2/2019).
"Enggak ada, Mas, enggak dikasih apa-apa, apalagi uang-uang bau begitu. Kalau (warga) Bantargebang, kan, dikasih itu, kami penginnya kayak begitu," ujar Een.

TPA Burangkeng merupakan tempat pembuangan akhir sampah yang diproduksi warga Kabupaten Bekasi.

Luas TPA tersebut yakni, 11,6 hektare dan sudah tidak dapat menampung lebih banyak sampah lagi.

Sebab, gunungan sampah di TPA tersebut sudah mencapai 20 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com