Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilihan Wagub DKI Dianggap Lambat karena PKS dan Gerindra Lama Sepakati Nama

Kompas.com - 28/05/2019, 18:28 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Pansus pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta, Bestari Barus, membantah anggapan kandidat wagub DKI Ahmad Syaikhu yang menyebut pihaknya terlalu lama dalam menggelar pemilihan.

Menurut dia, lamanya wagub terpilih disebabkan partai Syaikhu, PKS dan rekan koalisinya Partai Gerindra yang terlalu lama menetapkan nama.

"Kalau DKI, kan, ini karena ketidakmampuan kedua partai pengusung bersepakat hingga mundurnya 4-5 bulan. Bukan pansus-nya. Makanya saya keberatan sama Syaikhu itu, masa dibilang pansus lambat," kata Bestari ketika dihubungi, Selasa (28/5/2019).

Baca juga: Disebut Bisa Batal Jadi Cawagub DKI, Ini Kata Ahmad Syaikhu

Bestari mengatakan, di Provinsi Riau yang pernah menjalani pemilihan wagub, pansus harus bekerja dua bulan untuk menyiapkan pemilihan. Sementara di Jakarta, pansus baru terbentuk.

Setelah ini, pansus harus menyusun tata tertib, kemudian membentuk panitia pemilihan (panlih) yang bertugas menggelar pemilihan.

Pansus juga akan kembali mengundang Kementerian Dalam Negeri dan KPU Jakarta untuk membimbing proses pemilihan.

Baca juga: Syaikhu Terancam Batal Jadi Cawagub DKI

Pemilihan ditargetkan baru bisa digelar Agustus jika tak ada kejadian luar biasa seperti pembatalan dua nama kandidat atau anggota DPRD yang tak kuorum saat pemilihan digelar.

"Dia enggak mengerti tata aturan terus bilang pansus lambat. Pansus baru tiga hari kok. Kayak begitu pengin mimpin Jakarta, gagal paham, ya susah," ujarnya. 

Mantan Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu menilai proses pemilihan wakil gubernur DKI Jakarta sudah terlalu lama.

Baca juga: Soal Cawagub DKI, Anies Tunggu Pengumuman Hasil Pileg

Sebab hingga hari ini, proses pemilihan baru sebatas perumusan tata tertib pemilihan. Padahal, dirinya dan Agung Yulianto sudah lama dicalonkan sebagai wagub DKI pengganti Sandiaga Uno.

"Sudah terlalu lama," kata Syaikhu usai menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (24/5/2019).

Padahal, kata Syaikhu, banyak persoalan di DKI Jakarta yang harus ditangani. Gubernur Anies Baswedan dinilai membutuhkan pendamping untuk mempercepat kerja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com