"Itu bukan pembongkaran sih, itu sudah direncanain sudah ada perencanaan karya itu tahan sampai 1 tahun walaupun sebenarnya perencanaan waktu itu karyanya hanya untuk 6 bulan. Karena karya ini memang karya yang sifatnya festiv yang sifatnya buat festival," ucap Joko.
DPRD sebut mubazir
Pembongkaran ini pun mendapat kritik dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta.
Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono mengatakan, instalasi bambu Getih Getah yang dibongkar terasa mubazir.
Karya seni berbiaya Rp 550 juta tersebut hanya bertahan 11 bulan dari waktu pemasangannya, yaitu 16 Agustus 2018.
"Yang pertama mubazir, yang kedua dulu kan pernah kami pertanyakan katanya tahan lama. Karena ada dia punya alat untuk membuat bambu tahan lama gitu lho. Itu awal yang kami dengar seperti itu," kata Gembong, Kamis.
Baca juga: Instalasi Bambu Getih Getah Dibongkar, Warga Sayangkan Rp 550 Juta Hanya untuk 11 Bulan
Gembong mengatakan, DPRD sempat mengapresiasi pembangunan instalasi bambu itu. Namun, faktanya pembangunan tersebut tak lagi berguna.
Ia mengingatkan Pemprov DKI Jakarta agar lebih hati-hati dalam menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Sudah pasti, itu harus hati-hati kan duit rakyat tidak sedikit. Bahwa saat itu kami berikan apresiasi kepada gubernur untuk menghidupkan kreativitas seni untuk ditampilkan di DKI Jakarta ya, tapi harus proporsional," kata dia.
Masyarakat sayangkan pembongkaran
Tak hanya DPRD, pembongkaran ini pun mengundang berbagai respons dari masyarakat.
Salah satu warga, Aidil (38) mengaku, tidak mempermasalahkan pembongkaran karena kondisi bambu yang sudah tidak bagus.
Meski demikian, ia menyayangkan dari segi anggaran yang terhitung besar, yakni Rp 550 juta.
"Kalau menurut saya dibongkar karena sudah rapuh. Kalau masalah anggaran, ya menyorot juga dari segi anggaran, sudah dibuat mahal-mahal," ucapnya saat ditemui di sekitar Bundaran HI, Kamis.
Baca juga: Selain Bambu Getih Getah, Ini Daftar Pemanis Jakarta yang Berbiaya Besar tapi Tak Tahan Lama
Namun, pegawai swasta tersebut merasa wajar jika instalasi bambu itu berharga ratusan juta mengingat karya seni memang mahal harganya.
"Saya dengar harganya Rp 550 juta, itu wajar saja karena karya seni kan memang mahal-mahal," kata dia.
Warga lain, Bima Putra menganggap, anggaran tersebut terlalu besar untuk seni yang dipakai tak sampai setahun.
Menurut dia, anggaran yang begitu besar tersebut bisa dipakai untuk keperluan lainnya.
"Kalau menurut saya sayang saja sih Rp 550 juta dalam waktu 11 bulan. Padahal bisa dibuat untuk yang lain. Perbaikan jalan, atau buat warga," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.