BEKASI, KOMPAS.com – Dinas Perhubungan Kota Bekasi bakal mengoperasikan 20 unit bus Transpatriot baru yang diterima dari hasil hibah Kementerian Perhubungan RI pada 22 Agustus 2019 mendatang.
Sebelumnya, bus-bus ini sempat terbengkalai tak terpakai selama tujuh bulan lebih dengan alasan kendala administrasi hingga modifikasi.
Bus-bus baru ini berbeda dengan bus Transpatriot yang sudah lebih dulu melayani penumpang untuk trayek Harapan Indah-Terminal Juanda. Apa saja perbedaannya? Berikut rangkuman Kompas.com:
1. Bus hi-deck
Bus Transpatriot anyar bertipe hi-deck alias tinggi. Kondisi ini jadi tantangan tersendiri, sebab berpotensi menyulitkan akses naik-turun penumpang.
Baca juga: Kemenhub Turun Tangan, Minta Bus Transpatriot Hibah Test Drive Besok
Pemerintah Kota Bekasi belum mampu menyiapkan halte yang dapat mengakomodasi tipe bus hi-deck ini. Sehingga, pemerintah baru sebatas membuat tangga manual untuk memudahkan akses naik-turun penumpang di halte yang sifatnya masih bayangan alias belum berwujud.
2. Trayek
Dua puluh bus Transpatriot ini akan dibagi ke dalam dua trayek baru, yakni Wisma Asri-Sumber Arta dan Summarecon-Vida Bantargebang. Sebelumnya, 9 unit bus Transpatriot terdahulu melayani trayek Harapan Indah-Terminal Juanda.
Baca juga: Bus Transpatriot Bekasi Tambah Trayek pada 22 Agustus, Ini Rutenya
3. Nonsubsidi
Pemerintah Kota Bekasi mengambil langkah cukup berani dengan melepas kucuran APBD untuk mengoperasikan 20 bus baru ini.
Sebagai perbandingan, Pemprov DKI Jakarta masih menggelontorkan dana hingga Rp 3,2 triliun per tahun untuk membantu operasional Transjakarta.
BUMD PD Mitra Patriot selaku pengelola aset Transpatriot akan bekerja sama dengan dua perusahaan swasta untuk mengoperasikan 20 bus anyar ini, PT PSA sebagai operator dan PT TRON sebagai penyedia teknologi.
Baca juga: Bus Transpatriot Bekasi Tak Disubsidi APBD
Dua perusahaan swasta itu diminta cukup inovatif untuk mencari kran pemasukan lain di samping penerimaan dari tarif perjalanan guna menutupi biaya operasional bus-bus baru ini.
Pasalnya, 9 bus Transpatriot terdahulu hingga kini masih disubsidi sebesar Rp 5 miliar per tahunnya, sedangkan pendapatan dari tarif perjalanan hanya mencapai sekitar Rp 2 miliar setahun.
4. Cashless
"Ini akan cashless sepenuhnya, apakah menggunakan server atau kartu. Kayak tol, kalau enggak ada cashless, jangan naik, kurang lebih begitu," ujar CEO TRON David Santoso selaku penyedia teknologi pengoperasian Transpatriot Bekasi kepada Kompas.com, Selasa (13/8/2019).
"Kami akan kerja sama dengan bank, sekarang sudah mulai menjajaki kerja samanya," imbuhnya.
Baca juga: Trayek Baru Transpatriot Bekasi Tak Terima Uang Tunai
Penumpang masih bisa menikmati layanan bus Transpatriot anyar ini secara cuma-cuma sejak diuji coba pada 22 Agustus 2019 hingga awal September.
Selepas uji coba, penumpang diwajibkan membayar secara nontunai.
5. Tarif sesuai jarak
Rencananya, tarif bus Transpatriot trayek baru ini tidak berlaku flat sebagaimana 9 bus Transpatriot terdahulu yang dipukul rata Rp 4.000 sekali jalan.
Nantinya, untuk menumpang bus Transpatriot baru ini, penumpang bakal dikenakan tarif perjalanan sesuai jarak tempuh, dengan rentang tarif Rp 5.000-10.000. Ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menyiasati lepasnya dana subsidi dari Pemerintah Kota Bekasi.
"Banyak bus angkutan umum rugi karena sifatnya tarif rata. Kami konsepnya, jarak kamu pendek murah, jauh mahal. Besaran batas bawah dan atas itu usulan dari kami, nanti tergantung pemerintah," ujar David.
6. Warna biru
Selain dari trayek yang berbeda, penumpang bisa membedakan antara bus Transpatriot lama dan baru melalui warnanya. Bus yang lama berwarna hijau dengan sentuhan kuning, sementara bus yang baru akan berwarna biru dengan sentuhan putih.
Di luar tipe bus yang tinggi atau hi-deck, fasilitas dan kapasitas angkut kedua bus tak banyak berbeda. Bus yang baru juga diproyeksi mampu mengangkut 20 penumpang duduk dan 20 penumpang berdiri.
Baca juga: Bus Hibah dari Kementerian di Bekasi Akhirnya Tak Lagi Menganggur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.