Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus Transpatriot Bekasi yang Baru Akan Mengaspal 22 Agustus, Simak 6 Perbedaannya

Kompas.com - 14/08/2019, 07:11 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com – Dinas Perhubungan Kota Bekasi bakal mengoperasikan 20 unit bus Transpatriot baru yang diterima dari hasil hibah Kementerian Perhubungan RI pada 22 Agustus 2019 mendatang.

Sebelumnya, bus-bus ini sempat terbengkalai tak terpakai selama tujuh bulan lebih dengan alasan kendala administrasi hingga modifikasi.

Bus-bus baru ini berbeda dengan bus Transpatriot yang sudah lebih dulu melayani penumpang untuk trayek Harapan Indah-Terminal Juanda. Apa saja perbedaannya? Berikut rangkuman Kompas.com:

1. Bus hi-deck

Bus Transpatriot anyar bertipe hi-deck alias tinggi. Kondisi ini jadi tantangan tersendiri, sebab berpotensi menyulitkan akses naik-turun penumpang.

Baca juga: Kemenhub Turun Tangan, Minta Bus Transpatriot Hibah Test Drive Besok

Pemerintah Kota Bekasi belum mampu menyiapkan halte yang dapat mengakomodasi tipe bus hi-deck ini. Sehingga, pemerintah baru sebatas membuat tangga manual untuk memudahkan akses naik-turun penumpang di halte yang sifatnya masih bayangan alias belum berwujud.

2. Trayek

Dua puluh bus Transpatriot ini akan dibagi ke dalam dua trayek baru, yakni Wisma Asri-Sumber Arta dan Summarecon-Vida Bantargebang. Sebelumnya, 9 unit bus Transpatriot terdahulu melayani trayek Harapan Indah-Terminal Juanda.

Baca juga: Bus Transpatriot Bekasi Tambah Trayek pada 22 Agustus, Ini Rutenya

3. Nonsubsidi

Pemerintah Kota Bekasi mengambil langkah cukup berani dengan melepas kucuran APBD untuk mengoperasikan 20 bus baru ini.

Sebagai perbandingan, Pemprov DKI Jakarta masih menggelontorkan dana hingga Rp 3,2 triliun per tahun untuk membantu operasional Transjakarta.

BUMD PD Mitra Patriot selaku pengelola aset Transpatriot akan bekerja sama dengan dua perusahaan swasta untuk mengoperasikan 20 bus anyar ini, PT PSA sebagai operator dan PT TRON sebagai penyedia teknologi.

Baca juga: Bus Transpatriot Bekasi Tak Disubsidi APBD

Dua perusahaan swasta itu diminta cukup inovatif untuk mencari kran pemasukan lain di samping penerimaan dari tarif perjalanan guna menutupi biaya operasional bus-bus baru ini.

Pasalnya, 9 bus Transpatriot terdahulu hingga kini masih disubsidi sebesar Rp 5 miliar per tahunnya, sedangkan pendapatan dari tarif perjalanan hanya mencapai sekitar Rp 2 miliar setahun.

4. Cashless

"Ini akan cashless sepenuhnya, apakah menggunakan server atau kartu. Kayak tol, kalau enggak ada cashless, jangan naik, kurang lebih begitu," ujar CEO TRON David Santoso selaku penyedia teknologi pengoperasian Transpatriot Bekasi kepada Kompas.com, Selasa (13/8/2019).

"Kami akan kerja sama dengan bank, sekarang sudah mulai menjajaki kerja samanya," imbuhnya.

Baca juga: Trayek Baru Transpatriot Bekasi Tak Terima Uang Tunai

Penumpang masih bisa menikmati layanan bus Transpatriot anyar ini secara cuma-cuma sejak diuji coba pada 22 Agustus 2019 hingga awal September.

Selepas uji coba, penumpang diwajibkan membayar secara nontunai.

5. Tarif sesuai jarak

Rencananya, tarif bus Transpatriot trayek baru ini tidak berlaku flat sebagaimana 9 bus Transpatriot terdahulu yang dipukul rata Rp 4.000 sekali jalan.

Nantinya, untuk menumpang bus Transpatriot baru ini, penumpang bakal dikenakan tarif perjalanan sesuai jarak tempuh, dengan rentang tarif Rp 5.000-10.000. Ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk menyiasati lepasnya dana subsidi dari Pemerintah Kota Bekasi.

"Banyak bus angkutan umum rugi karena sifatnya tarif rata. Kami konsepnya, jarak kamu pendek murah, jauh mahal. Besaran batas bawah dan atas itu usulan dari kami, nanti tergantung pemerintah," ujar David.

6. Warna biru

Selain dari trayek yang berbeda, penumpang bisa membedakan antara bus Transpatriot lama dan baru melalui warnanya. Bus yang lama berwarna hijau dengan sentuhan kuning, sementara bus yang baru akan berwarna biru dengan sentuhan putih.

Di luar tipe bus yang tinggi atau hi-deck, fasilitas dan kapasitas angkut kedua bus tak banyak berbeda. Bus yang baru juga diproyeksi mampu mengangkut 20 penumpang duduk dan 20 penumpang berdiri.

Baca juga: Bus Hibah dari Kementerian di Bekasi Akhirnya Tak Lagi Menganggur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com