Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutiyoso, Gubernur yang Mewujudkan Transjakarta

Kompas.com - 28/10/2019, 15:32 WIB
Dean Pahrevi,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Tulisan di bawah ini adalah bagian dari Liputan Khusus "Teladan Para Mantan Gubernur DKI Jakarta". Simak kisah-kisah menarik mantan gubernur lainnya dalam tautan berikut ini.

JAKARTA, KOMPAS.com - Sutiyoso menjadi gubernur DKI Jakarta selama 10 tahun, yaitu pada 1997-2007. Salah satu kebijakannya yang terus dilanjutkan hingga kini yakni, pembangunan transjakarta atau busway.

Transjakarta jurusan Blok M-Kota sepanjang 12,9 kilometer diluncurkan pada 15 Januari 2004.

"Bus transjakarta merupakan jawaban atas kondisi lalu lintas saat ini dan sekaligus menjadi titik awal dari perombakan total sistem angkutan umum dalam bingkai transportasi makro," kata Sutiyoso saat peluncuran itu sebagaimana diberitakan harian Kompas pada 16 Januari 2004.

Baca juga: Henk Ngantung, Desainer Tugu Selamat Datang di Bundaran HI yang Jadi Gubernur

Saat itu, transjakarta disambut antusias warga. Orang tua dan anak muda memadati Terminal Blok M dan halte di kawasan Kota Tua, termasuk halte-halte di jalur bus khusus tersebut.

Selama dua minggu pertama, warga Jakarta menikmati 56 bus transjakarta secara gratis.

Dihujani kritik

Gagasan Sutiyoso meluncurkan transjakarta bukan tanpa rintangan. Banyak pihak mengkritik transjakarta.

Harian Kompas edisi 15 Desember 2003 memberitakan, saat masa uji coba Jalan Sudirman macet. Sejumlah bus transjakarta rupanya berhenti di jalur khusus di depan halte Dukuh Atas pada 13 Desember 2003.

Terkait kemacetan itu, pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, situasi itu  mengindikasikan kegagalan program transjakarta.

Selain itu, kehadiran transjakarta disebut akan meminggirkan sopir-sopir bus lain dan itu akan berdampak sosial luas.

Baca juga: Soemarno Sosroatmodjo Sang “Gubernur Sampah”

Anggota DPRD DKI Jakarta kala itu, Tjuk Sudono, juga mengkritik proyek transjakarta .

Dia mengatakan, angkutan umum yang diharapkan dapat mengatasi kemacetan di Ibu Kota itu menelan biaya begitu besar, yakni sebesar Rp 86,25 miliar.

Harian Kompas terbitan 30 Desember 2003 memberita kecamana dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Jakarta Development Watch (Jadewa).

LSM itu mengkritisi dana pembangunan berbagai prasarana penunjang transjakarta yang diduga mudah diselewengkan.

Dana prasarana penunjang transjakarta itu antara lain, halte Rp 5 miliar, pembangunan pembatas jalan (separator) Rp 2,7 miliar, marka dan tanda jalan Rp 4 miliar, dan pembangunan rambu Rp 300 juta.

Baca juga: Henk Ngantung, Gubernur DKI Etnis Tionghoa Pertama yang Kemudian Menderita karena Dicap PKI

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com