Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yuk Belajar Sejarah Jakarta lewat 5 Museum Ini

Kompas.com - 13/11/2019, 17:06 WIB
Audia Natasha Putri,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belum lengkap rasanya pergi ke Jakarta tanpa mengenal sejarahnya. Sejatinya, Ibu kota Indonesia ini menyimpan banyak sejarah yang menarik untuk dipelajari.

Jakarta memiliki beragam museum yang menarik untuk dikunjungi. Dibalut dengan arsitektur bekas peninggalan Belanda yang klasik.

Berbagai museum-museum bersejarah pun bisa Anda temui dengan mudah di setiap sudut kota Jakarta. Selain harga tiket masuk yang murah, museum-museum bersejarah ini juga memuat gudang ilmu yang seru dan tentu menjadi lokasi foto yang menarik.

Berikut adalah lima museum bersejarah di Jakarta yang wajib Anda kunjungi:

1. Museum Sejarah Jakarta (Fatahillah)

Suasana di Museum FatahilahAudia Natasha Putri Suasana di Museum Fatahilah

Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal dengan Fatahillah adalah museum yang terletak di kawasan Kota Tua Jakarta. Awalnya, museum Fatahilah berfungsi sebagai balai kota Batavia di zaman pemerintahan VOC.

Museum Sejarah Jakarta memiliki gaya arsitektur klasik, perpaduan Tiongkok, Eropa, dan Indonesia yang kental. Museum itu berdiri gagah di tengah Taman Fatahillah.

Museum Sejarah Jakarta sudah berdiri sejak 1712 dan masih terdapat bekas ruang-ruang pemerintahan pada masa Belanda lengkap dengan mebel–mebel tua yang diabadikan dalam lemari, serta penjara bawah tanah.

Baca juga: Mengenal Jakarta Lewat Pagelaran Nilai Tradisi Sejarah Fatahillah

Selain itu, di sana terdapat berbagai koleksi peninggalan zaman prasejarah, kedatangan bangsa Eropa, hingga perlawanan bangsa atas pendudukan VOC.

Terdapat juga pedang, prasasti, maupun patung replika yang tersebar di Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang Batavia.

Tiket masuknya pun cukup murah. Dengan menyediakan kocek sebesar Rp 2.000 -  Rp 5.000 , Anda bisa menikmati wisata sejarah di sini. 

Museum ini buka setiap Selasa-Minggu pada pukul 09.00 - 15.00 WIB. Sementara, Senin dan libur nasional, museum ini ditutup.

2. Museum Nasional

Salah satu patung di Museum Nasional Audia Natasha Putri Salah satu patung di Museum Nasional

Museum ini berlokasi di Jalan Medan Merdeka Barat atau di sebelah barat dari Tugu Monas (Monumen Nasional). Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

Museum Nasional terdapat tujuh jenis benda peninggalan prasejarah, arkeologi, keramik, numismtik-heraldik, sejarah, etnografi, dan geografi.

Tak hanya itu, di sana juga terdapat koleksi benda kuno dari seluruh nusantara, yakni arca, prasasti, barang kerajinan, dan benda bersejarah lainnya dengan jumlah lebih dari 140.000 koleksi.

Baca juga: Menenggang Empati, Berkunjung Ke Museum Nasional

Awalnya, Museum Nasional diprakarsai dengan berdirinya asosiasi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Asosiasi ini didirikan oleh pemerintah koloni Belanda pada 24 April 1978.

JCM Radermacher, salah satu pendiri asosiaisi menyumbangkan rumahnya beserta koleksi buku dan benda-benda budaya yang menjadi dasar pendirian museum. Karena semakin banyak koleksi yang terkumpul, Belanda lalu membuat bangunan itu sebagai museum pada 1862 dan dibuka secara resmi pada 1868.

Jam buka museum ini adalah Selasa–Jumat: 08.00 – 16.00 WIB. Sedangkan, pada Sabtu–Minggu: 08.00 – 17.00 WIB. Harga tiket sebesar Rp 5.000 untuk dewasa per orang dan Rp 2.000 untuk anak-anak.

3. Museum Taman Prasasti

Salah satu Pemakaman di Museum Taman PrasastiAudia Natasha Putri Salah satu Pemakaman di Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti merupakan museum cagar budaya peninggalan Belanda yang memiliki koleksi prasasti nisan kuno, koleksi kereta jenazah antik, dan miniatur makam dari berbagai provinsi di Indonesia.

Awalnya, museum yang berlokasi di Jalan Tanah Abang Nomor 1, Jakarta Pusat, adalah sebuah pemakaman untuk para bangsawan dan pejabat tinggi Belanda pada masa VOC berkuasa di Batavia.

Pada 1975, pemakaman ini ditutup lalu diresmikan kembali sebagai museum pada 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Baca juga: Napak Tilas Kematian Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti

Museum Taman Prasasti memiliki arsitektur Yunani kental dan dirancang dengan gaya doria. Gaya doria memiliki ciri khas tiang-tiang besar di bagian depan konon menandakan kerajaan yang kuat.

4. Museum MH Thamrin

Patung M.H Thamrin Patung M.H Thamrin

Museum MH Thamrin merupakan museum yang memiliki nilai historis dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Awal tahun 1986, Museum MH Thamrin difungsikan sebagai tempat pemotongan hewan milik orang Belanda.

Museum ini berlokasi di Jalan Kenari II Nomor 15, Menteng, Jakarta Pusat.

Pada 1927, Mohammad Hoesni Thamrin membelinya untuk dijadikan pusat kegiatan organisasi Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).

Thamrin menjadikan gedung ini sebagai suatu kegiatan pergerakan kemerdekaan Indonesia agar lepas dari belenggu penjajahan kolonial Belanda.

Baca juga: HUT Jakarta, Warga Manfaatkan Lowongnya Jalan MH Thamrin

Museum ini memiliki koleksi budaya Betawi seperti meja kursi khas Betawi, perlengkapan rumah orang Betawi, dan perlengkapan musik Tanjidor. Ada pula perlengkapan musik gambang kromong dan pakaian penari Ronggeng Blantek.

Museum ini buka setiap Selasa-Minggu pukul 09.00 sampai dengan 15.00 WIB dan tutup pada Senin serta hari besar. Harga tiketnya pun cukup ramah di kantong, hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 5.000 per orang.

5. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Suasana Museum Perumusan Teks Proklamasi (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS) Suasana Museum Perumusan Teks Proklamasi (TRIBUNJAKARTA.COM/SATRIO SARWO TRENGGINAS)

Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah museum yang wajib dituju bagi masyarakat karena museum ini memuat sejarah proklamasi Indonesia. 

Museum ini sangat berarti bagi bangsa Indonesia dan memuat  pengetahuan mengenai proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Suasana 17 Agustus 1945 terasa sangat kental di museum yang berlokasi Jalan Imam Bonjol No 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Museum ini memiliki dua lantai bergaya arsitektur art deco yang didirikan pada sekitar 1920-an. Museum Perumusan Naskah Proklamasi dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama JFL Blankenberg.

Baca juga: Cerita Naskah Proklamasi dan Mesin Tik Milik Perwira Nazi

Pada masa pemerintahan kolonial Jepang, bangunan seluas 1.138 meter persegi itu merupakan kediaman Laksamana Maeda, seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang.

Gedung museum ini juga pernah dikontrak oleh Kedutaan Inggris pada 1961 hingga 1981. Kemudian, pada 1982 beralih fungsi sebagai kantor Perpustakan Nasional.

Lalu, pada 1984 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nugroho Notosusanto menginstruksikan agar gedung ini difungsikan sebagai museum yang dikenal seperti sekarang ini.

Tiket masuknya museum ini cukup murah, hanya Rp 2.000 untuk dewasa, dan Rp 1.000 untuk anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com