Saat itu, Anies mengatakan, persoalan penggusuran bukan sekadar soal permukiman, melainkan juga soal manusia.
"Di situ ada aspek sosial, aspek kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Karena itu, yang kami lakukan adalah cara modern, yang kuno itu sekadar dipindah. Itu cara kuno," kata Anies saat debat, seperti diberitakan oleh Kompas TV.
Menurut Anies, cara modern yang akan ia lakukan adalah urban renewal atau peremajaan kota, baik itu ditata maupun diperbaiki.
"Sel kita saja melakukan renewal. Sel kita ini setiap hari melakukan renewal, tapi kalau kota sering kali tidak. Begitu tertinggal, terbelakang yang kita lakukan apa? Bersihkan," tutur dia.
Saat kampanye di Kalijodo, Jakarta Utara, pada 15 April 2017, Anies mengkritik penggusuran di kawasan bekas lokalisasi itu.
Menurut dia, pemerintah saat itu menggusur Kalijodo dengan sekadar memindahkan warganya.
Padahal, hal yang seharusnya dilakukan di Kalijodo adalah penataan kampung.
Dengan demikian, kata Anies, kehidupan warga tidak sampai terganggu karena dipindahkan.
"Kampung diremajakan, ditata ulang, warganya tetap tinggal di sana, tetapi kampungnya menjadi kampung yang bersih, sehat, baik, dan masing-masing memiliki tempat tinggal," ujar Anies.
Anies mengkritik penggusuran yang dilakukan pemerintah sebelumnya yang menurut dia sekadar memindahkan warga.
Karena itu, dia pun mengembalikan warga yang digusur ke kawasan tempat tinggalnya semula.
Contohnya Kampung Akuarium, Jakarta Utara, yang digusur pada 11 April 2016.
Pemprov DKI era Anies mulai membangun tiga blok selter untuk warga Kampung Akuarium pada Januari 2018. Pada April 2018, selter itu rampung dibangun.
Baca juga: Kampung Akuarium Akan Dibangun Terintegrasi dengan Kawasan Cagar Budaya
Anies juga mengembalikan status kependudukan warga Kampung Akuarium yang sebelumnya digusur.
Dia juga akan membangun kembali Kampung Akuarium pada 2020. Pembangunan kampung itu melibatkan warga setempat.