Berdirinya Gereja St. Servatius pada 1896 ditandai dengan dibaptisnya 18 putra asli Kampung Sawah oleh seorang misionaris dari Belanda.
Lahan yang dipakai untuk membangun Gereja St. Servatius ini adalah lahan kosong biasa (tanah padat) bukan sawah.
Gereja ini memiliki daya tampung jemaat lebih besar daripada GKP.
Gereja St. Servatius ini dapat menampung 1.200 jemaat (standarnya) dan membludak pada hari raya seperti natal atau paskah, yaitu menampung 4.000 orang.
“Kalau di hari raya besar jadinya jemaat bisa sampai pekarangan gereja juga. Makanya sudah dipasangi tenda dari jauh hari,” ujar Jacob Napiun, Pemuka Agama Katolik Kampung Sawah.
Yang unik dari gereja ini dan tidak ada di kedua rumah ibadah sebelumnya adalah adanya unsur gaya bangunan Betawi pada bangunan gereja.
Baca juga: Potret Toleransi di Kulon Progo, Umat Kristiani Bagi-bagi Bingkisan Natal ke Semua Warga
Namun Tris, Istri Jacob mengatakan bahwa ornamen gaya rumah Betawi pada atap gereja baru ada pada tahun-tahun setelah 2010.
Segitiga Emas ini merupakan simbol keberagaman yang ada di Kampung Sawah.
Dengan usia yang sudah tua dan jarak berdekatan, masing-masing jemaat dari ketiga rumah ibadah sudah memberi ajaran turun-temurun untuk tetap menjalani kewajiban mereka.
Jacob berkata, kewajiban-kewajiban itu adalah tiap jemaat harus memelihara, menjaga, dan merawat adat yang sudah terjalin antar umat dari tahun ke tahun.
Misalnya seperti mempersilakan jemaat tempat ibadah lain untuk parkir di lahan tempat ibadah salah satu dari mereka juga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.