Terompet dagangan Lantur dipajang di rangka bambu yang disusun meninggi. Terompet tersebut dikaitkan dengan tali rafia agar tidak mudah tertiup angin. Kantong plastik pun sudah disediakan guna mengantisipasi datangnya hujan.
Sambil menghisap rokok kreteknya Lantur berpikir dan bergumam, mengapa kini dagangannya tidak selaris dulu.
Meski begitu, Lantur mengaku terus bersyukur atas rezeki yang diterima.
"Semakin ke sini semakin berkurang, tapi saya harus tetap semangat untuk berdagang, gitu. Jangan sampai hilang tradisi terompet kertas dan jualan ini," ucap Lantur.
"Tapi ya... namanya rezeki, Yang di Atas yang mengatur," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.