Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Bekasi: 75 Persen Warga Pondok Gede Permai Menolak Direlokasi

Kompas.com - 14/01/2020, 22:18 WIB
Sandro Gatra

Editor

BEKASI, KOMPAS.com - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, berdasarkan informasi yang diterimanya, mayoritas warga di Perumahan Pondok Gede Permai, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, menolak direlokasi.

Rencana relokasi tersebut sempat diusulkan Wali Kota Bekasi saat melakukan rapat dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu, di Istana Negara, Jakarta.

Relokasi ini berkaitan dengan alih fungsi perumahan yang akan dijadikan daerah tangakapan air atau tandon Kali Bekasi ketika sewaktu-waktu air meluap.

Baca juga: Paling Parah Terdampak Banjir, Perumahan Pondok Gede Permai Bekasi Mulanya Rawa

Wali Kota Bekasi mengatakan, kabar relokasi itu sudah sampai ke telinga warga. Mereka mayoritas menolak rencana tersebut.

"Nah itu saya sampaikan ke presiden, tapi semalam saya sampai jam 11 di PGP, kayanya 75 persen enggak mau," kata Rahmat, Selasa (14/1/2020), seperti dikutip Tribun Jakarta.

Menurut dia, alasan utama warga menolak relokasi karena mereka sudah nyaman tinggal berpuluh-puluh tahun di perumahan tersebut.

Terlebih, relokasi tentu harus butuh perencanaan yang panjang.

Baca juga: Alasan Wali Kota Bekasi Minta Presiden Relokasi Warga Pondok Gede Permai

"Menolak relokasi tapi relokasi itukan panjang ceritanya. Apalagi itu tiga RW," terangnya.

Dia menjelaskan, pada saat rapat bersama presiden, ia mengusulkan relokasi seluruh pemukiman di PGP dan sebagian perumahan di Vila Nusa Indah yang masuk wilayah Kabupaten Bogor.

Wilayah tersebut langganan banjir ketika musim hujan.

"Bupati Bogor kemarin juga minta (relokasi) karena di perumahan itu ada pertemuan dua sungai Cileungsi dan Cikeas, lalu pak Menteri bilang di hulu Ciluengsi sudah ada tandon kalau di sini (PGP) dibuat seperti tandon mungkin 50-100 tahun akan aman (banjir)," tegas dia.

Baca juga: Masalah Imbas Banjir di Pondok Gede Permai Bekasi, Penanganan Lamban hingga Ditinggalkan Penghuni

Meski demikian, ia juga sempat menyampaikan alternatif lain jika relokasi pemukiman warga urung dilakukan.

"Kalau tidak direlokasi dari bibir sungai itu minimal 20 meter dijadikan area tangkapan. Jadi kalau melimpas itu bikin tanggul lagi. Maka dia bisa dipompa keluar kaya semacam dam," jelasnya.

"Itu paling mungkin dilakukan, jadi enggak seluruhnya direlokasi cuma area 20 meter dari tanggul. Paling kena satu rumah terus dari bibir jembatan yang mau masuk Villa Nusa Indah sampai ke jembatan yang mau masuk ke Bojong Menteng," paparnya. (Yusuf Bachtiar)

 


Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul "Wali Kota Bekasi Bicara Relokasi Warga Perumahan Pondok Gede Permai: 75 Persen Menolak."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com