Event BDD juga unik, dengan tangan-tangan para desainer ingin membangun citra dan paras Warung Burjo (bubur kacang ijo), jajanan kaki lima itu di Sektor II Bintaro, Jakarta Selatan, dengan cara lain. Kolaborasi Budi Pradono, SSA lighting, Thinking Form, Kandura Studio serta desainer Eko Prawoto memberi sentuhan berbeda.
Warung Burjo itu, yang disebut sebagai Warkop MM, terlihat menjadi lebih menarik dari perspektif interior, susunan rak-rak dan penyajiannya yang digubah dengan selera desain tertentu.
Menyusun, merombak penyajian dan membuat pencitraan lewat logo warung, selain interior, adalah sistem pencahayaan oleh SSA, dan pernak-pernik alamiah objek seni dedaunan kering dari Eko Prawoto.
Kita sekarang beranjak ke NUMO Studio, sebuah studio seni dan desain multidisiplin yang menghasilkan karya yang berani dan unik, dengan menawarkan hasil-hasil penelitian dengan ide-ide inspiratif yang menspesialisasi pijakan pada nilai tradisi dan mengimplementasikannnya pada metode teknologi dalam pembuatan karya.
Numo, dalam event BDD ini menggagas Urban Mitigation, sebuah proyek solusi penangkalan dan pencegahan ancaman kebakaran di kampung-kampung kumuh dan padat di kawasan perkotaan.
Dalam proyek ini, seniman dan desainer, Nus Salomo mengenalkan prototipe motor pembawa air antikebakaran.
Nus menunjukkan desain penyelesaian masalah dengan menimbang bahwa desainer semestinya memiliki solusi, membahas respons cepat terhadap insiden kebakaran di daerah lingkungan padat, yakni kampung-kampung rawan kebakaran, dalam 15 menit pertama.
Desain dan sketsa mesin pemadam kebakaran berukuran mini ini menggunakan motor khusus, yang di masa depan bisa diproduksi massal dengan membawa sistem cadangan air tertentu, yang akan memadamkam api dengan saling bergotong-royong dengan para warga kampung.
Sebagian narasi yang disebutkan di atas hanyalah pilihan saja, dari puluhan tempat dan peristiwa seperti pos jaga siskamling dengan kerimbunan pot-pot tanaman dan bunga yang bertransformasi parasnya di kompleks perumahan.
Rumah-rumah hunian yang berciri inklusif dengan halaman-halam terbuka dan asri, pameran-pameran bersejarah tentang Bintaro sebagai ingatan komunal penghuni lama yang ditawarkan karya-karyanya oleh para desainer dan seniman-seniman visual.
Taman Kota dan Kepedulian Arsitek
Sementara itu, ruang publik terbuka, taman-taman kota adalah ruang bersama, yang mempertemukan yang lemah dan yang kuat dari beragam aspek tentang kondisi terkini ruang urban.
Sebuah area yang dihasratkan untuk meminimalisasi perebutan ruang-ruang kultural dan kekuatan politik-ekonomi dalam pertarungan sengit atas siapa yang paling berkuasa atas tempat dan hunian di kota-kota besar.
Taman-taman kota menjadi wilayah “sakral”, untuk saling menyapa dan saling mengulurkan tangan. Tanda-tanda inklusivitas, seperti yang digagas oleh ajang BDD 2019 dipertaruhkan disana.
Senior arsitek Andra Matin berkolaborasi dengan Woodlam Indonesia tampil dengan AyuAyun, dengan menyediakan pembuatan kayu meranti dengan panjang 12 meter yang bisa menopang berat hingga 400kg plus dinding-dinding kaca-kaca segiempat yang cukup panjang.
Secara keseluruhan kombinasi ayunan oleh Andra Matin, yang memang untuk bermain ayunan orang ini, kaca-kaca untuk bercermin, merefleksikan kondisi taman dan sekitarnya, dan teknik keseimbangan antara balok kayu dan instrument teknis lainnya sejatinya ada akar pesan kuat di sana.
Semestinya, bahwa keseimbangan seperti sebuah ayunan: antara makhluk hidup, entah alam, tanaman, binatang dan manusia atau keseimbangan lain, mereka yang beruntung mendapatkan tempat yang layak pun mereka yang berjuang dalam kondisi kota yang tak layak, saling bercermin diri. Saling memberi dan menguatkan hati.
Karya yang lain adalah Genang, instalasi di Taman Telaga Sampireun, Pondok Ranji, yang didesain oleh Adria Ricardo, prinsipal arsitek dari Adria Yurike Architects. Genang menampilkan instalasi berbentuk wadah persegi stainless steel yang dangkal, lalu diisi dengan air.
Sama sekaligus berbeda dengan yang digagas Andra Matin, instalasi pipih ini, sama rata dengan tanah, semacam kolam segi-empat punya akar pesan bahwa di taman, kita bercermin diri, jika pada karya AyuAyun, kita berdiri secara frontal dengan kaca-kaca.