Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Rumah Pompa Bulak Cabe Diamuk Warga, Pemerintah Bangun Sodetan Atasi Banjir

Kompas.com - 27/02/2020, 08:45 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Jakarta Utara membangun sodetan setelah warga sempat berdemo hingga memecahkan kaca Rumah Pompa Bulak Cabe, Cilincing, Jakarta Utara pada Selasa (27/2/2020) malam lalu.

Lurah Cilincing Sugiman mengatakan, pembangunan sodetan itu untuk mempercepat aliran air ke Kali Cakung Drain agar rumah warga tak lagi kebanjiran.

"Itu kan tuntutan masyarakat saat demo. Masyarakat minta dibuatkan sodetan. Ini untuk mempercepat aliran airnya saat Cakung Drain turun, aliran juga," kata Sugiman saat dikonfirmasi, Kamis (27/2/2020).

Baca juga: Ragam Pernyataan Anies soal Banjir Jakarta: Fokus Kerja Setelah Terendam hingga Keliling Bawa Toa

Sugiman menjelaskan, sodetan itu nantinya akan mengalirkan air dari Kali Gendong dan Kali Cakung Lama menuju Kali Cakung Drain sehingga air tidak hanya bertumpu di Rumah Pompa Bulak Cabe.

Pembangunan dari sodetan itu sudah dimulai sejak kemarin, setelah pihak pemerintah berdiskusi dengan masyarakat.

Satu alat berat dikerahkan untuk mengeruk jalanan yang ada di samping Rumah Pompa Bulak Cabe.

"Dimulainya kemarin ya, kalau target sampai kapan itu SDA. Tapi kalau dari kita secepatnya supaya permukiman warga enggak banjir lagi kalau hujan," ujar Sugiman.

Baca juga: Kisah Ibu Melahirkan di Dalam Mobil PLN, Berjuang Saat Banjir Menerjang Rumahnya

Sugiman mengakui bahwa sejak ada rumah pompa tersebut air yang membanjiri rumah warga surut lebih lama ketimbang biasanya.

"Dari dulu sudah ada banjir. Cuman, waktu surutnya aja yang meningkat. Ini kalau dulu enggak sampai sehari udah surut," ucap Sugiman.

Sebelumnya rumah pompa tersebut jadi sasaran karena dianggap penyebab banjir di empat RW Kelurahan Cilincing selama tiga hari berturut-turut dari Minggu (24/2/2020).

Warga tersulut emosinya karena sejak ada rumah pompa baru, permukiman sudah berulang kali terendam banjir dan lama surutnya.

Berdasarkan pantauan di lokasi, kaca dari rumah pompa itu tampak pecah bekas amukan warga malam itu.

Baca juga: Bangun Sodetan di Sekitar Rumah Pompa Bulak Cabe, 5 Rumah Harus Digusur

Camat Cilincing Mohammad Andri sebelumnya mengakui ada sejumlah masalah di Rumah Pompa Bulak Cabe yang baru selesai dibangun hingga mengakibatkan permukiman warga terendam banjir.

Masalah pertama yaitu tertutupnya saluran pembuangan air dari permukiman warga akibat sheetpile yang ada di rumah pompa tersebut.

"Menuju rumah pompa itu kan kita buatkan sheetpile. Sheetpile ini otomatis menutup beberapa saluran yang dari warga menuju ke kali Cakung Drain," kata Andri di kantornya, Selasa (11/2/2020).

Masalah kedua yaitu sampah-sampah yang terbawa di Kali Cakung Lama sehingga menyumbat aliran air yang hendak dialirkan pompa.

Namun, Andri menyatakan rumah pompa itu memang diperlukan untuk mempercepat aliran air dari Kali Cakung Lama menuju Kali Cakung Drain.

"Karena kita tidak bisa mengandalkan gravitasi terus menerus. Kita juga dekat laut, ada laut pasang. Jadi dibuatlah pompa di lokasi tersebut," ujar Andri.

Menurut Andri, pemerintah sedang berupaya menyediakan solusi terkait masalah-masalah yang menyebabkan banjir di kawasan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Ngaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com