Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Agus Penjual Bunga dan Nisan di Pemakaman, Dilema Bergelut di Bisnis Kematian

Kompas.com - 07/03/2020, 16:26 WIB
Walda Marison,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

Namun jika memasuki bulan-bulan tersebut, Agus harus menaikkan harga karena mengikuti pasar.

Itu baru untuk penjualan bunga yang ditaburkan di pemakaman. Belum lagi untuk penjualan bunga hidup.

Warga umumnya membeli bunga hidup untuk dijadikan hadiah ucapan selamat ulang tahun, ucapan selamat ketika wisuda, atau dekorasi pesta pernikahan.

Harganya bunga per tangkai yang dijual pun variatif.

Untuk bunga mawar per tangkainya biasa dijual sebesar Rp 10.000. Sementara bunga Aster dan Sedap Malam seharga Rp 5.000 per tangkai.

Baca juga: Bisnis Batu Nisan di Ciputat, Pemesannya Orang Biasa hingga Pejabat

Sedangkan yang paling mahal ada bunga Lily dan Anggrek Bulan yang harganya bisa mencapai Rp 50.000 per tangkai.

Untuk bunga bucket, Agus hanya mengikuti keinginan dan budget pelanggan.

“Kalau misalnya pelanggan maunya yang Rp. 100.000, berarti dapat bunganya ini, ini, dan ini. Jadi itu harga bunganya saja. Kalau ada hiasan pita atau tisu yang agak besar paling nambah biaya itu saja,” terang dia.

Maka tidak heran jika omzet perbulannya tidak menentu, berkisar Rp 15 juta sampai Rp 25 juta per bulan

Namun, di sisi lain, Agus harus menjaga kesegaran bunga yang ada di toko.

Hal tersebut perlu dilakukan lantaran bunga hidup hanya bertahan empat sampai lima hari.

Di hari pertama, Agus akan memotong tangkai bunga tersebut dan merendamnya di dalam air.

“Hari pertama bunga pasti langsung dari petani, kita langsung memotong tangkai  bawahnya asaja terus kita kasih air untuk penyerapan air di bunganya seniri.  Kalau hari kedua, daun-daun sudah layu ya kita beresi, kita bersihkan,” terang dia.

Dedaunan yang sudah layu diharapkan tidak bersentuhan dengan daun lain. Sebab, daun yang semula masih segar akan ikut layu.

Tidak hanya soal bunga, dia juga menceritakan fenomena untung rugi di bidang penjualan batu nisan.

Harus diakui, penjualan batu nisan tidak selaris manis bunga.

Dia mengatakan, umumnya keluarga akan berpikir untuk membuat batu nisan ketika 100 hari atau 40 hari setelah anggota keluarganya dimakamkan.

Maka dari itu, dalam sebulan, hanya ada satu dua orang yang datang minta dibuatkan batu nisan.

Baca juga: Bisnis Kematian, Peti Jenazah untuk Mereka yang Kaya hingga Papa

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Dituduh Punya Senjata Api Ilegal, Warga Sumut Melapor ke Komnas HAM

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com