Harganya berkisar Rp 600.000 hingga Rp 800.000 dengan bahan dasar batu nisan granit dan marmer.
“Cat pun jadi perhatian khusus kami ya. Karena kan itu cat enggak bisa sekali untuk batu nisan. Takutnya jika panas tidak cukup panasnya pun akan pudar dalam satu sampai dua tahun. Makanya kita kasih tempo dua minggu untuk buat batu nisan karena proses catnya itu,” terang dia.
Di balik puluhan juta yang dia panen perbulannya, Agus sadar bahwa ada keluarga yang berduka dari setiap uang yang dia mabil.
Namun apa mau dikata, itu adalah konsekuensi bisnis yang sudah dia geluti puluhan tahun.
Bisnis yang selama ini membuat ngebul dapurnya.
Dia mengaku mempunyai tanggung jawab moral dalam menjalankan bisnis tersebut. Maka dari itu, dia berusaha rutin memberi bonus kepada setiap pelanggan yang datang kepadanya.
Misal, jika ada pelanggan yang ingin membeli paket berupa kain kafan, bunga, payung, gayung untuk prosesi penguburan dengan harga Rp 600.000, Agus selalu menambahkan sesuatu untuk keluarga yang membeli paket tersebut.
“Biasanya kalau paket dapat bunga cuman berapa, air mawar berapa. Itu selalu kita tambahin beberapa kantong bunga, tambahin yang lain. Kita niatin untuk berbagi dan turut berbela sungkawa,” beber dia.
“Sebenarnya ini rahasia kita ya, tapi enggak apa-apa kita buka supaya menginspirasi orang lain. Bahwa sebenarnya yang kita dapat harus dibagikan lagi ke orang lain,” kata dia.
Bahkan tanggung jawab moral tersebut berujung kepada niatan Agus dan keluarga membangun panti asuhan di kawasan Purworejo, Jawa Tengah.
Pesantren itu pun sudah beroperasi selama delapan tahun.
“Alhamdulillah, dari tanah kosong kami menyisihkan harta kami untuk membangun pesantren, membangun mushala. Dan saat ini kami sedang menyisihkan uang untuk membangun asrama putri dan itu pondok yatim di sana,” terang dia.
Dia meyakini, keuntungan yang selama ini dia dapat tidak lain merupakan berkat doa anak-anak yatim yang mereka rangkul selama ini.
Perasaan senang dan haru kerap dirasakan Agus jika namanya dan keluarga disebut dalam doa yang dipanjatkan anak yatim.
“Kalau kami main ke sana dan mendengar mereka menyebut nama kami dalam doa itu kayak apa ya, di situlah keindahannya, tidak bisa dibayar rasa senang itu,” ucap dia.
Baca juga: Bongkar Bisnis Prostitusi di Puncak, Polisi Amankan 2 Muncikari dan PSK
Dari tindakan ini, Agus menunjukkan bahwa dia sadar betul untung yang dia dapat berasal dari orang sedang berduka karena ditinggalkan sanak keluarga.
Maka dari itu, dia berusaha menebus rasa sedih dengan merawat anak-anak yang sudah ditinggalkan orang tuanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.