Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dokter Gigi Terdampak Kelangkaan Masker, padahal Merawat Pasien dari Jarak Dekat

Kompas.com - 16/03/2020, 11:38 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Jessi Carina

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mewabahnya virus corona di Indonesia telah menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Dampak kelangkaan dan lonjakan harga masker juga dirasakan para dokter gigi yang membuka praktik perawatan dan pengobatan gigi di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Padahal, dokter gigi merupakan garda terdepan yang melakukan kontak langsung dengan pasien.

Kompas.com mewawancarai dua dokter gigi yang kesulitan akibat kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Baca juga: Mengapa Isolasi dan Karantina Penting untuk Cegah Penyebaran Corona?

Dokter gigi yang pertama kami wawancara adalah Suci Sandra, SpKG. Dia membuka praktik perawatan dan pengobatan gigi di wilayah Condet, Jakarta Timur.

Suci bercerita, dia telah mengalami kelangkaan masker sejak isu virus corona masuk ke Indonesia pada Februari lalu. Kendati demikian, dia masih bisa menemukan masker di pasaran dengan harga tinggi.

Padahal, masker merupakan alat perlindungan penting bagi seorang dokter yang berinteraksi dengan pasien dalam radius kurang dari satu meter.

"Untuk kelangkaan masker sudah terasa sejak awal Februari ya, sejak ada kasus virus corona dari negara lain. Padahal, untuk dokter gigi, jaraknya cuma sejengkal dari pasien (saat praktik perawatan atau pengobatan gigi)," kata Suci.

Baca juga: Adib Hidayat Galang Dana untuk Penuhi Kebutuhan Masker Tenaga Medis yang Tangani Corona

Tak banyak yang bisa dilakukan Suci untuk menghadapi kelangkaan masker di pasaran. Dia bersama para dokter gigi lain di tempat praktiknya hanya memanfaatkan stok masker yang tersedia.

Suci bisa saja membeli masker dengan harga murah yang dijual di pasaran. Namun, dia tak mau mengambil risiko karena dia belum bisa menjamin keaslian masker-masker yang dijual dengan harga murah itu.

Selama ini, lanjut Suci, tempat praktiknya selalu berlangganan masker dari sebuah perusahaan distributor masker yang dijamin keaslian dan keamanannya.

"Kalau sekarang ini masih mengandalkan stok (masker) yang ada. Jadi, kan memang kalau praktik itu, kita stok barang-barang (masker) dan alat perlindungan diri," ungkap Suci.

Baca juga: Kisah Pengguna Transjakarta dan MRT Tembus Penumpukan Penumpang Imbas Pembatasan Operasional Transportasi Publik

"(Kalau beli masker yang dijual murah di pasaran) takut juga, takut enggak terjamin karena banyak yang bekas," lanjutnya.

Senada dengan Suci, dokter gigi lainnya, yakni Nena Febrina, juga mengeluhkan kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran. Padahal, setiap hari, Nena harus berinteraksi dengan para pasien di klinik giginya di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Nena menjelaskan, kelangkaan masker telah dirasakan sejak awal Februari hingga kini. Bahkan, harga satu boks masker mencapai Rp 250.000.

"Sampai sekarang makin parah sih, agak susah banget untuk mendapatkan masker. Harga satu boks masker dulu (sebelum mewabahnya virus corona) paling mahal Rp 50.000, sekarang tiba-tiba bisa Rp 250.000 per satu boks," ujar Nena.

Baca juga: Terjadi Penumpukan di Halte Transjakarta, Social Distancing Sulit Diterapkan

Sama seperti Suci, Nena juga harus bertahan dengan stok masker yang disediakan oleh perusahaan distributor. Dia tak mau menanggung risiko membeli masker yang dijual dengan harga murah, tetapi kualitasnya belum terjamin.

Beberapa rekan kerja Nena bahkan rela menggunakan masker kain saat mengobati pasien. Tak jarang, Nena juga rela mengantre di supermarket untuk mendapatkan masker yang dijual dengan harga tinggi.

Pembatasan pembelian masker juga dikeluhkan oleh Nena. Pasalnya, stok masker di pasaran belum terjamin, tetapi pemerintah telah membatasi pembelian masker untuk masyarakat, termasuk tenaga medis.

"Akhirnya kita mencoba untuk mencari (masker) ke supermarket-supermarket dengan harga promo, harganya masih masuk akal. Tapi kan di supermarket itu pembatasan pembelian per konsumen, itu yang bikin susah," ujar Nena.

Baca juga: Cegah Covid-19, Masyarakat yang Datangi PN Jakpus Diimbau Pakai Masker

"Teman-teman masih kesusahan nyari masker, apalagi sekarang makin gila harganya," lanjutnya.

Seperti diketahui, penyebaran virus corona yang semakin meluas di Indonesia telah menyebabkan kelangkaan dan lonjakan harga masker di pasaran.

Adapun jumlah pasien positif terjangkit virus corona di Indonesia bertambah menjadi 117 kasus hingga Minggu (15/3/2020).

Juru bicara penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, angka ini bertambah 21 kasus baru dari pengumuman yang dilakukan kemarin.

Penambahan kasus salah satunya ditemukan di Jakarta yang merupakan hasil penelusuran terhadap kontak dari kasus sebelumnya.

"Per hari ini dari laboratorium yang saya terima pagi, hari ini kita dapatkan 21 kasus baru di mana 19 di antaranya di Jakarta, dua di Jawa Tengah," kata Yuri, dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, Minggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com